Ketika Pelindung Menjadi Penindas, Ayah Dan Anak Tewas Dianiaya Polisi India Hanya Gara-gara Langgar Aturan Jam Malam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 29 Juni 2020, 07:53 WIB
Ketika Pelindung Menjadi Penindas, Ayah Dan Anak Tewas Dianiaya Polisi India Hanya Gara-gara Langgar Aturan Jam Malam
Peti mati J. Jayaraj dan Bennicks Immanuel dibawa melewati kerumunan di negara bagian selatan India, Tamil Nadu/Net
rmol news logo Tragedi kematian seorang ayah dan anak karena penyiksaan aparat  kepolisian telah memicu kemarahan di seluruh India. Banyak yang menyamakan kejadian ini dengan apa yang dialami mendiang George Floyd di Amerika Serikat.

Kasus kematian itu menjadi sorotan baru pada kebrutalan polisi di India, hanya berselang beberapa pekan setelah tragedi pembunuhan pria Afrika-Amerika itu ditangan perwira polisi kulit putih di AS itu.

Kisah berawal dari penangkapan J. Jayaraj (58) dan anaknya Bennicks Immanuel (31) pada 19 Juni lalu. Ayah dan anak ini dituduh membuka toko mereka melewati jam yang diizinkan di negara bagian selatan Tamil Nadu, pada saat penguncian diberlakukan kembali di negara itu.

Keduanya dinyatakan meninggal di rumah sakit beberapa hari setelah ditangkap, kata para pejabat. Dalam tuduhan tertulis, keduanya telah dilecehkan oleh polisi dan menderita pendarahan dubur.

“Dua polisi yang terlibat dalam dugaan penyiksaan itu telah diberhentikan,” kata Ketua Menteri Negara, Edappadi Palaniswami, dikutip dari AFP, Minggu (28/6).

Dia menambahkan  bahwa kasus itu akan dialihkan ke agen federal Biro Penyelidikan Pusat sambil menunggu persetujuan Pengadilan Tinggi Madras.

Kematian di kota kecil Sathankulam itu telah memicu banyak protes di India. Beberapa kaum selebritas India mengungkapkan kemarahan mereka di media sosial.

“Terguncang dari apa yang saya dengar. Benar-benar terkejut, sedih, dan marah... yang bersalah tidak boleh dibiarkan tanpa hukuman,” isi tweet bintang Bollywood Priyanka Chopra Jonas pada hari Sabtu.

“Mari kita menuntut keadilan yang sama dengan yang kita lakukan untuk George Floyd,” kata aktris Krystle D'Souza.

Politisi negara, aktivis sosial dan pengacara Jignesh Mevani menulis bahwa ‘George Floyd’ dari India terlalu banyak.

“Akankah orang India berbaris di jalan-jalan dalam jumlah ribuan seperti di Amerika?” katanya di akun Twitter miliknya.

Rahul Gandhi, seorang pemimpin partai oposisi oposisi, menggambarkan kejadian itu sebagai "tragedi ketika pelindung kita berubah menjadi penindas.

Beberapa laporan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia di India telah merinci kasus-kasus dugaan penyiksaan terhadap tersangka dalam tahanan, dan  kematian di dalam tahanan sering disebutkan oleh polisi sebagai bunuh diri atau sebab alamiah.

Menurut Komisi Hak Asasi Manusia Nasional, 3.146 orang tewas di tahanan polisi dan peradilan dalam kurun waktu 2017-2018.

“Kekerasan penahanan dan penyiksaan begitu merajalela di India sehingga hampir menjadi rutinitas,” katanya dalam sebuah laporan.

“Ini merupakan bentuk ekses terburuk dari pegawai negeri yang ditugaskan untuk menegakan hukum.” rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA