Melansir
ZBC News, pengujian yang dilakukan pada hewan menunjukkan vaksin terbukti aman dan memicu respons imun yang efektif.
Pengujian sendiri dipimpin oleh Prof. Robin Shattock dan tim serta akan melibatkan sekitar 300 partisipan, termasuk Kathy yang berusia 39 tahun.
Kathy adalah salah satu sukarelawan pertama yang ikut serta dalam pengujian Imperial College. Dia berkata bahwa dia ingin berperan dalam memerangi virus.
“Saya tidak benar-benar tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu, dan ini ternyata menjadi sesuatu yang bisa saya lakukan," ujar Kathy.
"Dan memahami bahwa tidak mungkin semuanya akan kembali normal sampai ada vaksin, jadi (saya) ingin menjadi bagian dari kemajuan itu juga," lanjutnya.
Jika uji coba pertama pada manusia berhasil dilakukan, vaksin akan diujicoba secara meluas pada Oktober terhadap 6.000 partisipan.
Dan jika berhasil, vaksin yang dikembangkan Imperial College akan didistribusikan di Inggris dan dunia mulai 2021.
Selain Imperial College, Universitas Oxford juga sudah melangsungkan uji coba pada manusia.
Totalnya, ada sekitar 120 program vaksin yang tengah dikembangkan di seluruh dunia.
BERITA TERKAIT: