Dalam kotbahnya di hari Minggu (14/6), Paus Fransiskus meminta kedua pihak yang terlibat dalam perang saudara Libya untuk segera berdamai. Ia mendesak masyarakat internasional untuk memfasilitasi pembicaraan dan melindungi para pengungsi dan migran yang dikatakannya sebagai korban kekejaman.
Paus menyampaikan hal itu dalam pidatonya yang berapi-api di St Peter's Square, Francis. Ia mengungkapkan kesedihannya dengan situasi di Libya, yang tidak memiliki otoritas pusat yang stabil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan oleh pemberontak yang didukung NATO pada 2011.
Selama lebih dari lima tahun Libya telah memiliki parlemen dan pemerintah yang terus bersaing di timur dan barat, dengan jalan-jalan yang tidak terkontrol oleh kelompok-kelompok bersenjata dan pertempuran sporadis.
"Tolong! Saya mendesak badan-badan internasional dan mereka yang memiliki tanggung jawab politik dan militer untuk memulai kembali, dengan keyakinan dan tekad, mencari jalan menuju berakhirnya kekerasan, yang mengarah pada perdamaian, stabilitas dan persatuan di negara ini,†katanya, seperti dikutip dari
Reuters, Minggu (14/6).
Mesir mengumumkan inisiatif baru untuk Libya pada Sabtu (13/6). Sementara itu Rusia dan Turki, yang mendukung pihak lawan di Libya, telah menunda pembicaraan tingkat menteri mengenai konflik tersebut.
Libya terbagi antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan saingannya Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dengan negara-negara terpecah karena dukungan mereka terhadap LNA atau GNA.
Dalam referensi yang jelas tentang pandemik virus corona, Francis mengatakan kondisi kesehatan para migran, pengungsi, dan pencari suaka yang sudah genting telah diperburuk, menjadikan mereka lebih rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
“Ada kekejaman. Saya memanggil komunitas internasional.Tolong! Rasakan penderitaan mereka dengan hati. Saudara-saudari, kita semua memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Tidak ada yang bisa menganggap diri mereka terbebas dari ini,†katanya.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Dokter Tanpa Batas mengatakan orang-orang di pusat-pusat penahanan migran di Libya ditahan dalam kondisi berbahaya dan terekspos dengan pelanggaran.
BERITA TERKAIT: