Demikian isi laporan Global Energy Review yang dirilis oleh International Energy Agency (IEA) pada Kamis (30/4). Laporan tersebut didasarkan pada analisis permintaan listrik selama lebih dari 100 hari terakhir, di mana sebagian besar negara di dunia telah dikunci sebagai upaya mengekang penyebaran virus.
Menurut IEA, permintaan energi global akan turun sebanyak enam persen pada 2020. Angka tersebut tujuh kali lebih banyak daripada krisis keuangan 2008 dan penurunan tahun ke tahun terbesar sejak Perang Dunia II.
"Ini akan sama dengan kehilangan seluruh permintaan energi India, konsumen listrik terbesar ketiga di dunia," ujar IEA seperti dimuat
AFP.
Pasalnya, untuk Amerika Serikat saja, terjadi penurunan permintaan energi sebesar sembilan persen dan Uni Eropa sekitar 11 persen.
"Ini adalah kejutan bersejarah bagi seluruh dunia energi," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.
"Turunnya permintaan untuk hampir semua bahan bakar utama sangat mengejutkan, terutama untuk batubara, minyak, dan gas," tambahnya.
Dengan turunnya konsumsi, IEA mengatakan telah terjadi "pergeseran besar" ke sumber daya rendah karbon, seperti angin dan matahari, yang ditetapkan untuk membuat 40 persen dari pembangkit listrik global. Sementara itu, batubara dan gas alam semakin terpuruk.
Permintaan gas alam akan turun lima persen pada tahun 2020 setelah satu dekade pertumbuhan ekonomi. Menyusul puncak 2018, pembangkit listrik tenaga batu bara akan turun lebih dari 10 persen tahun ini.
Jika ini berhasil, ini akan menjadi penurunan tahunan terbesar dalam catatan, lebih dari enam kali lebih besar dari penurunan 2009 yang dipicu oleh krisis keuangan global.