Sebelumnya, dalam konferensi persnya di Tel Aviv, Dai mengatakan pembatasan bahkan pelarangan warga China untuk masuk ke Israel mengingatkannya kepada masa lalu, ketika Holocaust terjadi pada Perang Dunia II.
“Jutaan orang Yahudi terbunuh, dan banyak, banyak orang Yahudi ditolak ketika mereka berusaha mencari bantuan dari negara lain. Hanya sangat, sangat sedikit negara yang membuka pintu mereka, dan di antara mereka adalah China, â€kata Dai seperti dimuat
Washington Times.
Atas pernyataan Dai, Kedutaan Besar China di Israel kemudian mengeluarkan pernyataan permintaan maaf.
"Tidak ada niat apapun untuk membandingkan hari-hari gelap Holocaust dengan situasi saat ini dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warganya," bunyi pernyataan kedutaan.
"Kami ingin meminta maaf jika seseorang memahami pesan kami dengan cara yang salah," lanjut pernyataan tersebut.
Israel sendiri telah menghentikan penerbangan langsung ke China sejak Kamis lalu (30/1). Kementerian Kesehatan Israel juga mengontrol perbatasan agar tidak ada warga non-Israel yang masuk setelah mengunjungi China selama dua pekan terakhir.
Kemudian pada Minggu (2/2), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan bahwa Israel telah menutup perbatasan darat, pelabuhan, dan bandara dari China untuk saat ini. Sementara itu, Kementerian Kesehatan juga tengah mengembangkan vaksin untuk virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Novel Coronavirus (2019-nCoV).
BERITA TERKAIT: