Blok ini didirikan pada tahun 2017 di Lima, Peru oleh negara-negara Amerika Latin, termasuk Peru, Argentina, Brasil, Meksiko, Panama, Paraguay, Santa Lucia, Kanada, Kolombia, Honduras, Kosta Rika dan Guatemala, dengan dukungan dari Amerika Serikat, Organisasi Negara-negara Amerika dan Uni Eropa.
Grup Lima didirikan dengan tujuan untuk menemukan jalan keluar dari krisis Venezuela serta menyerukan pembebasan tahanan politik, penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan masuknya bantuan kemanusiaan ke negara yang dilanda bencana.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Minggu (22/12), seperti dikabarkan
Reuters, Kementerian Luar Negeri Bolivia mengumumkan bahwa mereka berharap keikutsertaan mereka dalam Grup Lima akan memberikan kontribusi pada solusi damai, demokratis dan konstitusional untuk krisis di Venezuela.
Diketahui bahwa Bolivia di bawah kepemimpinan Evo Morales menarik dari dari Grup Lima. Morales sendiri merupakan sekutu lama Presiden sosialis Venezuela Nicolas Maduro.
Namun Bolivia mengalami guncangan politik pasca pemilu Oktober lalu yang berujung pada pengunduran diri Morales sebagai presiden. Dia pun segera melarikan diri ke Meksiko pasca penunduran dirinya dan kini pindah ke Argentina di mana dia mencari suaka politik.
Bolivia saat ini diperintah oleh Jeanine Anez, mantan senator dan lawan Morales. Anez berperan sebagai presiden sementara setelah Morales mengundurkan diri. Dia melakukan sejumlah perubahan kebijakan Morales sejak memimpin.
BERITA TERKAIT: