Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen mengkritik KTT itu dapat memecah belah umat Islam.
"Bukan kepentingan negara Islam untuk mengadakan KTT dan pertemuan di luar kerangka kerja (OKI), terutama pada saat ini ketika dunia menyaksikan banyak konflik," kata Othaimeen kepada
Sky News Arabia, tanpa secara langsung menyebut Malaysia.
Dia menambahkan bahwa setiap pelemahan platform OKI adalah pelemahan Islam dan Muslim.
KTT itu juga dijauihi oleh Arab Saudi karena menilai akan dapat menyaingi OKI yang bermarkas di Jeddah.
Padahal, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sudah menepis kekhawatiran itu dan menelepon Raja Salman awal pekan ini. Mahathir menjelaskan bahwa KTT itu tidak dimaksudkan untuk menciptakan blok baru.
Pejabat Malaysia pun mengundang Raja Salman untuk hadir dalam KTT yang digelar di Kuala Lumpur tersebut, namun tidak hadir.
Dalam seruannya dengan Mahathir, Raja Salman bersikeras bahwa masalah yang berkaitan dengan dunia Muslim harus disalurkan melalui OKI untuk mencapai persatuan.
Dikabarkan
Channel News Asia, analis Giorgio Cafiero dan Khalid al-Jaber dari lembaga think tank Timur Tengah menilai bahwa beberapa negara mayoritas Muslim merasa tidak nyaman dengan Arab Saudi karena peningkatan tajam penguasa
de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Karena itulah, menurut mereka, KTT di Kuala Lumpur dapat berfungsi sebagai alternatif dari OKI, yang berada di bawah kepemimpinan de facto Arab Saudi.
BERITA TERKAIT: