Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pidato Di Negeri Gingseng, Prof Dahuri Tegaskan Kapitalisme Ancam Ekosistem Bumi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 20 Juni 2019, 10:37 WIB
Pidato Di Negeri Gingseng, Prof Dahuri Tegaskan Kapitalisme Ancam Ekosistem Bumi
Rohkmin Dahuri/Dok
rmol news logo Indonesia harus memperbaiki cara membangun.

Hal itu ditegaskan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Rohkmin Dahuri saat pidato Leaders Round Table Discussion pd 2019 Sustainable Development Jeju International Conference di Hotel Maison Glad, Jeju Island, Korea Selatan.

Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah pembicara ternama dari Negeri Ginseng dan negara-negara lainnya itu, Rohmin menyampaikan konsep The Application of Industry 4.0 - Based Technologies and Circular Economy in Developing a Prosperous, Peaceful and Sustainable World: a Lesson Learned from Indonesia.

Inti dari pidato konsepnya untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals, yakni dunia yang sejahtera atau prosperous, aman atau peaceful, dan berkelanjutan atau sustaianable.

"Kita umat manusia harus memperbaiki cara-cara kita membangun perkenomian dan cara-cara kita hidup di planet bumi ini, baik pada tataran paradigmatik maupun tataran praksis di teknis operasional,” tutur Rohkmin dalam siaran persnya, Kamis (10/6).

Sebab, menurut dia, kapitalisme yang merupakan satu-satunya paradigma atau sistem kehidupan manusia yang dianut oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia sejak tahun 1.800-an telah menimbulkan sejumlah permasalahan yang telah mengancam kelestarian dan sustainability ekosistem planet bumi ini.

"Dan juga mengancam eksistensi peradaban manusia itu sendiri," ujarnya.

Memang diakuinya kapitalisme telah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dunia atau Gross World Product (GWP) yang sangat signifikan, rata-rata 3,5 persen per tahun sejak Revolusi Indsutri Pertama pada 1750 sampai 2015.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang didorong oleh kerakusan dan rasa ingin tahu mahzab kapitalisme, menurut Rohkmin, juga telah membuat kehidupan manusia lebih sehat, mudah, cepat dan nyaman.

Gelombang kemajuan iptek terkelompokkan ke dalam 4 era revolusi industri juga telah membuat ekonomi dunia semakin produktif dan efisien.

“Namun, kapitalisme juga telah menimbulkan permasalahan sosial-ekonomi, lingkugan, dan sosial-budaya  yang sangat kompleks dan serius," ujarnya.

Di bidang ekonomi, sampai sekarang masih sekitar 1 miliar warga dunia hidup dalam kemiskinan absolut atau extrem poverty, dengan pengeluaran kurang dari 1,25 dolar amerika per hari. Hampir 3 miliar orang masih hidup miskin dengan pengeluaran kurang dari 2 dolar AS per hari.

“Yang lebih mencemaskan, ketimpangan ekonomi baik dalam satu negara maupun antar negara semakin melebar," imbuhnya.

Di bidang lingkungan, bisa dicermati pencemaran, pengikisan biodiversity dan kepunahan spesies, perusakan fisik ekosistem alam, dan pemanasan global telah mencapai tingkat yang mengancam kelestarian bumi dan kehidupan manusia.

Di bidang sosial budaya, kehidupan manusia terutama di daerah perkotaan semakin stress, narkoba, HIV/AIDS, frustasi, perampokan, bunuh diri, perzinahan, kemunafikan, hoax, dan penyakit sosial lainnya merebak masif.
Distrust society dan post truth mendominasi kehidupan masyarakat.

"Maka, paradigma kapitalisme mesti diganti dengan paradigma kehidupan yang menuntun manusia bahwa manusia itu bukan hanya terdiri dari fisik atau lahiriah, tetapi juga rohani, ruh, dan jiwa. Karenanya, kebahagian tidak mungkin bisa dipuaskan oleh harta, tahta, popularitas dan hal-hal duniawi lainnya. Tapi, mesti dengan kedamaian hati, jiwa," jelasnya.

Dia juga menegaskan bahwa sumber daya alam dan kekayaan itu bukan milik manusia, tetapi hanya titipan dari Tuhan. Yang diperoleh melalui ikhtiar dan doa manusia.

Maka, kekayaan tidak boleh terkonsentrasi oleh segelintir orang.

"Kehidupan yang hakiki dan abadi adalah di akhirat. Paradigma sistem kehidupan semacam itu antara lain adalah Pancasila dengan kelima silanya," ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) itu.

Selain Rohkmin, pembicara lain yaitu Dr Valerie Cliff (Regional Director for Asia and the Pacific Region, UNDP), Dr Anna Messinis (Vice President of Municipality of Venice, Italy), Song Han-Jun (President of Association of Metropolitan and Provincial Council Chairs, South Korea), Dr Lien Sheng (Deputy Secretary General of People’s Government of Hainan Province, China), Prof Dr Vijay Jagannathan (Secretary General of CityNet), Dr Jatopong Kaewsai (Director of Phuket Foreign Affairs, Thailand), dan Dr Sarwat Chowdhury (Policy Specialist, UNDP).

Konferensi yang dibuka Gubernur Jeju, Won Heeryong ini dihadiri oleh sekitar 500 peserta dari 25 negara.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA