Amnesty International dalam sebuah laporan mengatakan bahwa para saksi di lapangan menggambarkan bagaimana tentara dan pejuang menyerang warga sipil dengan memperkosa mereka, membakar mereka hidup-hidup, menggilas dengan kendaraan lapis baja, dan menggantung mereka dari pepohonan.
"Seorang yang diwawancarai mengatakan seorang gadis semuda delapan diperkosa geng dan seorang wanita lain menyaksikan perkosaan seorang bocah berusia 15 tahun," kata laporan yang sama.
Laporan itu didasarkan pada wawancara dengan 100 orang yang menjadi korban dalam konflik itu, tepatnya di daerah Leer dan Mayendit yang telah menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena dampak konlik selama lima tahun perang sipil di Sudan Selatan.
Amnesty juga mendokumentasikan penculikan perempuan dan anak perempuan, dan pembunuhan yang disengaja terhadap anak-anak lelaki dan bayi laki-laki. Serangan itu berlanjut selama seminggu setelah gencatan senjata diumumkan.
"Pemerintah menyerang puluhan warga sipil di daerah-daerah ini, membakar rumah secara sistematis, membunuh orang, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua," kata Joanne Mariner dari Amnesty kepada
Al Jazeera.
"Kami mendokumentasikan kasus mengerikan di mana orang tua berusia 70, 80, bahkan 90 tahun dibakar hidup-hidup di dalam rumah karena pemerintah membakar desa dengan cara yang sangat sistematis," sambungnya.
[mel]