Dalam posting di Facebook, dia mengatakan dia mengambil cuti untuk melakukan hal-hal lain yang bisa dia nikmati di luar teknologi.
Namun, menurut laporan
Washington Post awal pekan ini, Koum telah bentrok dengan perusahaan induk Facebook atas strategi Whatsapp.
Dia juga keberatan dengan upaya Facebook untuk menggunakan data pribadi Whatsapp dan melemahkan standar enkripsi.
"Sudah hampir satu dekade sejak Brian (Acton) dan saya memulai WhatsApp, dan ini merupakan perjalanan yang luar biasa dengan beberapa orang terbaik. Tapi sudah waktunya bagi saya untuk melanjutkan," kata Koum dalam pernyataanya.
"Tim ini lebih kuat dari sebelumnya dan akan terus melakukan hal-hal luar biasa. Dan saya akan tetap bersorak pada WhatsApp - hanya dari luar," sambungnya.
Diketahui bahwa Koum dan Brian Acton mendirikan WhatsApp pada tahun 2009, sebelum menjualnya ke Facebook pada tahun 2014 seharga USD 19 miliar.
Keduanya telah lama menghargai perlindungan dan kemandirian data pengguna WhatsApp, dan membuat melestarikannya kondisi pengambilalihan Facebook.
Namun, laporan media menyebut hubungan mereka dengan Facebook telah memburuk baru-baru ini.
Acton meninggalkan perusahaan pada bulan November dan telah bergabung dengan mantan eksekutif lainnya dalam mengkritik Facebook. Pada bulan Maret ia mendukung kampanye media sosial #deletefacebook yang diluncurkan setelah laporan Cambridge Analytica menggunakan data pengguna Facebook terungkap.
Facebook sejak itu mengungkapkan bahwa data hingga 87 juta orang dibagikan secara tidak layak dengan konsultasi dan digunakan untuk tujuan politik.
Kedua pria itu juga dikatakan menentang upaya Facebook untuk mengomersialkan Whatsapp, yang tidak memiliki iklan.
Menurut Washington Post, ini termasuk rencana Facebook untuk mengakses nomor telepon pengguna WhatsApp bersama dengan data lain.
[mel]
BERITA TERKAIT: