"Beberapa orang menggunakan mayat untuk mengatakan bahwa kami telah membunuh warga sipil," kata seorang juru bicara PBB seperti dimuat
BBC pekan ini.
Diketahui bahwa kemarin (Rabu, 11/4), demonstran menyerukan diakhirinya kekerasan menempatkan 17 mayat di luar gedung PBB di Bangui.
Mereka mengatakan orang-orang yang tewas adalah warga sipil yang tidak bersalah yang tewas dalam bentrokan antara pasukan PBB dan kelompok-kelompok bersenjata.
Namun PBB mengatakan, orang-orang yang tewas adalah para penjahat bersenjata yang telah menargetkan pasukan pemelihara perdamaian dan tentara pemerintah.
"Mereka menembak pasukan pemelihara perdamaian kami dan kami membalas tembakan," kata juru bicara PBB Vladimir Monteiro.
"Mayatnya hasil dari bentrokan," sambungnya.
"Kami mengutuk fakta bahwa beberapa orang menggunakan mayat untuk semacam propaganda," tambahnya.
Pasukan PBB memulai operasi pada hari Minggu untuk melucuti senjata di lingkungan PK5 di Bangui.
Sebuah milisi Muslim yang berpusat pada diri sendiri ada di sana, yang dimaksudkan untuk melindungi penduduk.
Monteiro menegaskan bahwa PBB akan melanjutkan operasi meskipun ada protes marah.
CAR diketahui terjerumus ke dalam gejolak pada 2013 ketika para pemberontak Muslim dari kelompok payung Seleka merebut kekuasaan di negara mayoritas Kristen. Sekelompok milisi Kristen, yang disebut anti-balaka, bangkit untuk melawan Seleka.
Pemerintah baru yang terpilih pada tahun 2016 telah gagal membawa perdamaian bagi negara kaya mineral yang telah tidak stabil sejak kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1960.
[mel]