Di luar Eropa sendiri, di negara-negara yang berjauhan sama seperti Cina, Venezuela, Iran, dan Jepang, para pemimpin mengirimkan ucapan selamat atau janji resmi untuk bekerja bersama Moskow pasca kemenangan Putin dalam pemilu akhir pekan kemarin.
Sementara di Eropam reaksi lebih beragam, Perbedaan tajam terlihat antara politisi utama Eropa dilambangkan dengan sebuah pertemuan pada awal pekan ini antara pemerintah Polandia yang merupakan kritikus Rusia di dalam Uni Eropa dan Angela Merkel, pemimpin Jerman Eropa yang telah menghabiskan sebagian besar energi yang mencoba untuk membentuk hubungan kerja dengan Putin.
Deputi menteri luar negeri Polandia, Konrad Szymański, meminta Jerman untuk membatalkan pembangunan jalur pipa Nord Stream 2 yang akan mengirim gas Rusia melalui Laut Baltik ke Jerman dan Eropa.
Sedangkan Merkel dengan sopan menolak permintaan tersebut, dan menunjukkan bahwa saluran pipa senilai 11 miliar dolar AS sepanjang 1.225 km itu adalah pekerjaan perusahaan sektor swasta, dan tidak ada alasan hukum untuk menghentikan proyek tersebut.
Juru bicara Merkel mengatakan kanselir Jerman akan mengucapkan selamat kepada Putin pada pemilihannya kembali, sebagaimana tradisi yang biasa dilakukan.
Sementara itu di Perancis, sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengubah arus populis yang melawan Uni Eropa tahun lalu. Dia diketahui membuka tangan kepada Putin dalam bentuk pertemuan puncak di Versailles.
Dalam hubungan Perancis-Rusia, Macron juga diketahui akan mengambil delegasi bisnis besar ke St Petersburg pada bulan Mei mendatang, serta mengadakan pertemuan dengan Putin di Moskow.
Tapi perubahan terbesar dalam politik Eropa tampak berasal dari Italia, dengan keberhasilan pemilihan Liga Menengah pro-Kremlin dan Gerakan Bintang 5. Liga telah secara resmi bergabung dengan aliansi politik dengan Putin United Russia, dan pemimpinnya, Matteo Salvini tampak berfoto di Lapangan Merah mengenakan kaus mendukung Putin. Demikian seperti dimuat
The Guardian.
[mel]
BERITA TERKAIT: