Tiga belas dari 96 departemen administrasi di Prancis memiliki peringatan banjir pada hari Jumat (26/1). Badan pemantauan Météo-France mengumumkan bahwa ini adalah musim dingin terbasah di negara itu sejak 1959.
Di Paris sendiri, air di Seine naik di atas 18 kaki jelang akhir pekan ini. Hal itu mengganggu lalu lintas sungai dan jalan-jalan di sepanjang tepian sungai tetap tertutup.
Bagian tengah jalur kereta RER C telah ditutup sampai akhir bulan, dan pemerintah mengaktifkan sebuah rencana yang dapat memindahkan pekerjaan dari beberapa kementerian jika situasinya memburuk.
Selama banjir tersebut, beberapa monumen di Paris juga terpaksa ditutup termasuk Museum Louvre. Penutupan dilakukan agar karya seni harus dievakuasi.
Pihak berwenang kota juga meminta masyarakat untuk menjauh dari tepi sungai.
Beberapa ahli menyebut bahwa perubahan iklim cenderung membuat kejadian semacam itu lebih sering terjadi. Meskipun demikian, sejumlah ahli mengatakan sulit untuk menentukan apakah pemanasan global berada di balik banjir Paris saat ini.
"Karena perubahan iklim, kita bisa mengharapkan banjir di lembah Seine setidaknya sama seringnya dengan keadaan sekarang," kata Florence Habets, seorang peneliti senior di pusat penelitian ilmiah nasional C.N.R.S., Perancis.
"Tidak masalah apa yang kita katakan, semakin kita mengurangi emisi gas rumah kaca kita, semakin kita mengurangi dampaknya terhadap kekeringan dan banjir," tambahnya seperti dimuat
New York Times.
Sementara itu Walikota Paris, Anne Hidalgo menekankan upaya lebih melawan perubahan iklim.
"Di luar keadaan darurat, fenomena banjir ini, yang semakin berulang terjadi di Paris, mengingatkan kita betapa pentingnya bagi kota kita untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim," katanya dalam sebuah cuitan.
Di sisi lain, para ahli dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan bahwa bencana semacam itu dapat mempengaruhi lima juta orang dan menghabiskan biaya hingga 30 miliar euro.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pekan ini, mereka mencatat bahwa walaupun Paris telah menerapkan kebijakan pencegahan banjir lebih lanjut sejak tahun 2014, upaya pihak berwenang tetap terbatas dibandingkan dengan risiko yang dihadapi kota tersebut.
"Contoh dari rekonstruksi New Orleans yang tangguh setelah Badai Katrina, atau New York setelah Sandy, dapat menginspirasi Paris untuk membangun ketahanannya sendiri sebelum bencana terjadi," tulis mereka.
[mel]
BERITA TERKAIT: