Dengan pemimpin oposisi paling populer di negara itu, Anwar Ibrahim, yang masih mendekam di penjara, Mahathir dipandang sebagai ancaman terbesar bagi PM Najib Razak dalam pemilu Agustus mendatang.
Namun sebuah survei independen, seperti dimuat
The Guardian awal pekan ini, menunjukkan bahwa pihak oposisi akan sulit mengalahkan Najib, karena perpecahan di kamp mereka sendiri dan perubahan batas pemilihan yang tidak menguntungkan.
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan pemungutan suara independen Merdeka Center pada bulan Desember lalu, oposisi pimpinan Mahathir tampaknya tidak mungkin menggulingkan koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa. Dalam survei ditemukan bahwa meskipun bagian BN dari pemungutan suara populer akan menyusut lebih jauh, namun akan kemungkinan dapat memperoleh kembali dua pertiga mayoritas di parlemen.
Setelah sempat berselisih di masa lalu, Mahathir kini sejalan dengan Anwar untuk merebut kekuasaan dari Najib dalam pemilu. Bila oposisi menang, maka aliansi oposisi dapat membuka jalan bagi Anwar untuk kembali dan mengambil alih jabatan sebagai perdana menteri.
Sekretaris Jenderal Saifuddin Abdullah dalam konvensi aliansi tersebut mengatakan bahwa jika oposisi menang maka akan adaproses untuk mendapatkan pengampunan kerajaan untuk Anwar sehingga dia bisa menjadi perdana menteri.
Istri Anwar Wan Azizah Wan Ismail akan menjadi kandidat koalisi untuk wakil perdana menteri.
[mel]
BERITA TERKAIT: