Sebanyak 235 orang tewas dan sedikitnya 130 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan di Masjid Ar-Raudhah, Markaz Bir El-Abd, kota El-Arish, Sinai Utara, Mesir.
Praktik sufi diharamkan oleh kelompok radikal Islam, termasuk mereka yang berafiliasi dengan ISIS, karena interpretasi iman mereka dianggap kurang harfiah.
Presiden Mesir, Abdel-Fattah el-Sissi, bersumpah, serangan tersebut tidak akan luput dari hukuman keras. Ia tegaskan bahwa Mesir akan sangat cermat dalam menghadapi perang melawan terorisme. Namun, dia tidak menentukan langkah-langkah baru apa yang bisa diambil.
Serangan hari Jumat adalah serangan pertama terhadap sebuah kongregasi Muslim di Mesir. Selama setahun terakhir, militan teroris telah melakukan serangkaian serangan bom mematikan terhadap gereja-gereja di Kairo dan kota-kota lain, yang sudah menewaskan banyak sekali umat Kristen
Para saksi mata dalam kejadian kemarin menceritakan, para militan yang menyerbu ke dalam masjid menggunakan empat mobil off-road. Saat itu, ratusan orang sedang melakukan ibadah salat Jumat.
Sedikitnya selusin penyerang menembaki jamaah secara acak. Demikian pengakuan ulama masjid tersebut, Sheikh Mohamed Abdel Fatah Zowraiq, kepada
The Associated Press melalui telepon.
Kepolisian mengatakan, para penyerang menembakkan granat berpeluncur roket ke dalam masjid dan menembaki orang-orang jika mereka mencoba lari dari masjid tersebut. Militan juga memblokir rute penyelamatan diri dengan membakar mobil.
Bocah 14 tahun bernama Abdullah Abdel-Nasser, menjadi salah satu saksi. Ketika serangan terjadi, ia sedang melakukan salat bersama ayahnya. Seingatnya, penyerangan dimulai tepat saat ulama memulai kotbahnya.
Abdel-Nasser mengaku sempat mendengar seorang penyerang meminta anak-anak untuk keluar dari dalam masjid. Ia langsung melarikan diri, namun tetap terluka di bahu akibat pecahan peluru.
"Saya melihat banyak orang di lantai, banyak yang meninggal. Saya tidak berpikir ada yang selamat," kata dia, yang dirawat di sebuah rumah sakit di kota Terusan Suez di Ismailia.
Sedangkan korban lain, Mohammed Ali, mengaku 18 anggota keluarga besarnya terbunuh dalam serangan tersebut.
"Di mana tentara? Jaraknya hanya beberapa kilometer saja. Inilah pertanyaan yang tidak bisa kita temukan jawabannya," sesal Ali.
Ia mengatakan, para penyerang berhasil melarikan diri sebelum pasukan keamanan datang.
[ald]
BERITA TERKAIT: