Mereka ditangkap terpisah pada Sabtu lalu di Sunbury-on-Thames, pinggiran kota kelas menengah di Surrey, sebelah barat Greater London. Di London, mereka hidup bersama orang tua asuh yang telah berusia lanjut, Ronald dan Penelope Jones.
Salah satu tersangka adalah seorang yatim piatu berdarah Irak, berusia 18 tahun dan dikenal di lingkungannya sebagai pembuat onar.
Satu lagi, pemuda berusia 21 tahun berdarah Suriah, bernama Yahyah Farroukh. Ia melarikan diri dari perang saudara di negeri asalnya dan masuk ke London melalui Mesir.
Mereka ditahan di bawah UU yang memungkinkan polisi menahan tersangka tanpa tuduhan di luar batas waktu empat hari.
Pasangan lansia yang mengasuh mereka selama ini dikenal sebagai tokoh masyarakat yang menaungi ratusan anak muda, mayoritas berasal dari rumah tangga yang pecah atau bermasalah, selama lebih dari empat dekade. Pada tahun 2009, mereka menerima penghargaan dari Kerajaan Inggris untuk "prestasi atau pelayanan yang luar biasa untuk masyarakat." Ratu Elizabeth II mengakui dedikasi mereka dalam sebuah upacara tahun 2010 di Istana Buckingham.
Namun, pasangan Jones sangat terkejut ketika polisi mengepung rumah mereka pada Sabtu lalu. Polisi juga mengevakuasi para tetangganya dan memperingatkan soal kemungkinan bahan peledak di rumah atau kebun rumah Jones.
Sampai Senin, polisi tidak mengizinkan wartawan mendekat ke rumah keluarga Jones. Pasangan tersebut diduga sudah dievakuasi ke kediaman keluarga mereka. Ronald dan Penelope Jones memiliki reputasi yang sangat bagus, dan tidak ada anggapan bahwa mereka terlibat dalam serangan bom rakitan itu.
Kembali ke dua anak muda yang menjadi tersangka. Pria yang berusia 18 tahun dikabarkan ditangkap sekitar pukul 07.50 pagi pada Sabtu di daerah pelabuhan Dover. Rupanya, ia mencoba melarikan diri dari Inggris.
Sedangkan Yahyah ditangkap pukul 11.50 WIB pada hari yang sama, di luar toko ayam goreng tempat ia bekerja, di wilayah luar London, Hounslow.
Identitas Yahyah Faroukh dikonfirmasi oleh saudaranya, bernama Aladdin yang tinggal di Belanda, Aladdin mengatakan bahwa keluarga mereka mengelola toko roti di Damaskus, Suriah. Di era perang saudara, Faroukh terlibat dalam pertempuran, sempat ditahan dan disiksa oleh pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad. Yahyah melarikan diri ke Mesir pada musim panas 2013, dan kemudian ke Italia dan masuk ke Inggris.
"Tidak mungkin setelah tiga tahun belajar dan bekerja, Yahyah mau mengebom dirinya sendiri atau terlibat dalam tindakan semacam itu. Dia bahkan mencari seorang gadis untuk dinikahi," kata Aladdin setengah tidak percaya, dikutip oleh nytimes.com.
Yahyah Farroukh tampak memiliki dua akun Facebook. Salah satunya hanya untuk keluarga. Halaman Facebooknya tidak berisi kata-kata berbau ekstremisme. Yahyah secara teratur mengeposkan gambar bendera Angkatan Darat Pembebasan Suriah, kelompok pejuang sekuler moderat yang menentang pemerintahan Assad. Dia juga penggemar dari penyanyi Ellie Goulding dan Justin Bieber, serta rapper dan aktor Wiz Khalifa.
Profil media sosialnya mengatakan bahwa dia bekerja di dua perusahaan event organizer. Foto-foto di akun Facebooknya menunjukkan ia seorang pria muda yang senang bergaya dan tertarik untuk menjelajahi Inggris. Dia pernah mempelajari bahasa Inggris di West Thames College, di Hounslow, dari bulan Desember 2013 sampai Juni 2015.
Mo Ashour, yang kuliah di West Thames College seangkatan dengan Farroukh, mengenangnya sebagai orang baik yang tidak menyukai masalah.
Sepupu Farroukh, Ahmed, yang bekerja di sebuah perusahaan makanan Arab di London, menggambarkannya sebagai orang terhormat dan pendiam yang bahagia tinggal di Inggris dan bermimpi untuk menjadi seorang insinyur.
[ald]
BERITA TERKAIT: