Kompleks petrokimia terbesar di wilayah Crosby dimiliki oleh perusahaan kimia Prancis, Arkema. Ledakan terjadi Kamis (31/8) waktu setempat saat Houston memulai pemulihan pasca Badai Harvey. Demikian
The New York Times melaporkan.
Ledakan di pabrik tersebut muncul setelah sistem kelistrikan dan tenaga utama gagal sehingga memotong sistem pendinginan. Setelah ledakan, penduduk terdekat dari kompleks tersebut langsung dievakuasi. Namun, 15 petugas keamanan dirawat di rumah sakit setelah menghirup asap dari api kimia yang mengikuti ledakan tersebut.
Pabrik Arkema telah diidentifikasi sebagai salah satu ancaman yang paling berbahaya pasca badai. Ini menambah parah situasi kerusakan sistemik sistem saluran air dan selokan di Houston dan tempat lain di wilayah yang dilanda badai.
Pekan lalu, dengan perkiraan badai yang mendekat, para eksekutif di Arkema memutuskan untuk mematikan pabrik di Crosby, sekitar 30 mil timur laut Houston, sebagai tindakan pencegahan. Banjir yang disebabkan oleh curah hujan deras akhir pekan itu membuat aliran listrik terputus ke pabrik, generator cadangan juga tergenang.
Pabrik ini memang menghasilkan bahan kimia yang harus dijaga tetap dingin agar tetap stabil dan tidak mudah meledak. Dengan peralatan pendingin yang tidak berfungsi, gudang penyimpanan dingin yang menahan bahan kimia mulai menghangat.
"Pastinya kami tidak mengantisipasi adanya enam kaki air di pabrik kami," kata seorang eksekutif Arkema, Richard Rennard, dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis.
Profesor teknik kimia di Texas A & M University, M. Sam Mannan, menyebut pabrik Arkema sebagai salah satu yang paling berbahaya di negara bagian tersebut. Dia mengaku dapat mengerti mengapa pejabat perusahaan tidak meramalkan banjir ekstrim itu.
"Namun, bahaya bahan kimia yang mereka hasilkan seharusnya mendorong mereka untuk merencanakan yang terburuk," katanya.
[ald]
BERITA TERKAIT: