Seminar yang dilakukan secara elektronik diikuti 14 partisipan dari kawasan Asia Pasifik dan dihadiri oleh Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara An Kwang Il, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Ristiyanto, dan Sekjen Teguh Santosa. ‎Termasuk, pendiri Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Rachmawati Soekarnoputri.
‎Dijelaskan Ristianto bahwa Gunung Paektu yang terletak di utara Republik Demokratik Rakyat Korea memiliki nilai sakral tersendiri bagi bangsa Korea. Pasalnya, saat Kekaisaran Jepang menduduki Semenanjung Korea pada dekade pertama abad 20, para pejuang Korea yang dipimpin Kim Il Sung berkumpul di gunung yang memiliki tinggi 2.744 meter di atas permukaan laut itu.
"Mereka mendirikan tentara rakyat dan merancang perlawanan terhadap tentara Jepang ‎di Gunung Paektu," kata Ristianto.
Tidak hanya itu, Gunung Paektu semakin sakral karena menjadi tempat kelahiran Kim Jong Il. Ayah dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un itu lahir ketika ayahnya sedang menyusun perlawanan melawan Jepang.
"Jadi, setiap nama Gunung Paektu itu disebutkan maka bangsa Korea akan mengenang para pendiri bangsanya melawan para penjajah," jelas Ristianto.
"Selama Gunung Paektu itu berdiri, selama itulah bangsa Korea akan tetap mengingat jati diri mereka sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka," sambungnya berapi-api.
Ristianto pun teringat slogan Proklamator RI Bung Karno 'Jangan sekali-kali melupakan sejarah' atau lebih dikenal sebagai Jasmerah. Kata Bung Karno, bangsa yang melupakan sejarah para pendirinya akan digilas oleh perubahan zaman.
"Bangsa yang bukan saja melupakan sejarah tetapi mengingkari sejarah kelahiran bangsanya akan menjadi bangsa yang sia sia. Bangsa yang hidup abadi di dalam penjajahan adalah bangsa kuli di antara bangsa-bangsa lain," pungkas Ristianto.
Adapun, pertemuan untuk mengenang orang-orang besar Gunung Paektu akan digelar di Pyongyang pada Agustus nanti.‎
[wah]
BERITA TERKAIT: