Menurut Komite Keselamatan Wartawan Afghanistan (AJSC), sedikitnya 13 wartawan tewas di Afghanistan tahun lalu, menjadikannya tahun paling mematikan bagi media Afghanistan,
"Ini merupakan tren yang jelek, mengkhawatirkan dan serius, dan jika tindakan tertentu tidak diambil, 2017 bisa lebih buruk," kata Kepala AJSC Najib Sharifi.
Wartawan semakin dalam masuk ke jalur tembak dari konflik antara pemerintah yang didukung Barat dan militan Islam seperti Taliban, yang mengancam beberapa kota besar.
Selain 13 kematian, kelompok tekan mendokumentasikan sedikitnya 88 insiden penyerangan, intimidasi, pelecehan, dan serangan fisik lainnya, peningkatan 38 persen lebih dari angka yang tercatat pada tahun 2015.
"Serangan langsung terhadap wartawan sangat mengkhawatirkan," kata Parwiz Kawa, editor surat kabar lokal.
"Ini membatasi kemampuan jurnalis untuk bergerak dan menghasilkan cerita dan meningkatkan biaya media untuk keamanan tambahan," tambahnya.
[mel]
BERITA TERKAIT: