Media China: Trump Memicu Krisis Yang Nyata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 12 Desember 2016, 12:55 WIB
Media China: Trump Memicu Krisis Yang Nyata
Donald Trump/net
rmol news logo Presiden  terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menekankan bahwa AS tidak harus mempertahankan kebijakan Taiwan bagian dari "satu China".

Kebijakan AS itu sudah berlangsung hampir empat dekade. Kini, pernyataan Trump cenderung memusuhi Beijing. Trump mengatakan itu dalam "Fox News Sunday" merespons protes diplomatik dari Cina atas langkahnya menerima komunikasi telepon dari Presiden Taiwan pada 2 Desember.

"Saya sepenuhnya memahami kebijakan 'satu China'. Tapi saya tidak tahu mengapa kita harus terikat dengan 'satu China' kecuali kita membuat kesepakatan dengan China yang berkaitan dengan hal-hal lain, termasuk perdagangan," kata Trump.

Pembicaraan telepon antara Trump dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, adalah kontak pertama yang terjadi antara Presiden AS dan Taiwan sejak Presiden Jimmy Carter pada tahun 1979. Beijing menganggap Taiwan adalah provinsi yang membangkang dan isu tersebut selalu jadi subjek sensitif bagi China.

Setelah percakapan telepon Trump dengan Presiden Taiwan, pemerintahan Obama yang masih menjabat, mengutus ajudan senior Gedung Putih untuk berbicara dengan para pejabat China dan menekankan bahwa "satu China" masih menjadi kebijakan Washington yang utuh.

Pernyataan Trump pun memicu tanggapan dari koran Global Times yang dikelola pemerintah China. Dalam sebuah editorial, media itu menggambarkan Trump sebagai "anak kecil" yang kebijakan luar negerinya mengesampingkan negosiasi pada isu "satu China".

"Kebijakan 'satu China tidak bisa dibeli dan dijual. Trump, tampaknya, hanya mengerti bisnis dan percaya bahwa segala sesuatu memiliki harga dan bahwa jika ia cukup kuat maka ia dapat membeli dan menjual dengan kekerasan," tulis media tersebut.

Editorial Global Times memperingatkan bahwa Trump, karena "kurangnya pengalaman", akan bertanggung jawab besar karena dipengaruhi dan dikendalikan oleh kelompok garis keras di sekitarnya.

Ditambahkan, jika Trump membuang kebijakan "satu China", maka hal itu akan memicu "krisis nyata". [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA