Seperti diketahui, penyerangan yang dilakukan sendiri oleh Johnson, terjadi pada Kamis malam (7/7), ketika unjuk rasa yang memprotes tindakan diskriminatif aparat kepolisian terhadap warga kulit hitam terjadi di pusat kota itu. Massa demonstran mengutuk penembakan dua warga kulit hitam yang dilakukan polisi di Minnesota dan Louisiana, sebelumnya.
Tiba-tiba, sekitar pukul 21.00 waktu setempat, sejumlah polisi yang menjaga jalannya demonstrasi bertumbangan. Diketahui belakangan 11 polisi tertembak dan 5 orang tidak bisa diselamatkan.
Kepala Kepolisian Dallas, David Brown, dikutip dari
CNN, meyakini bahwa tersangka punya rencana lain yang lebih besar dan berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah benar.
Jumat lalu, kepolisian berhasil menyergap veteran perang Afghanistan itu dan menewaskannya dengan ledakan bom. Sebelumnya, polisi mengepung Johnson selama beberapa jam.
Kepolisian kemudian menemukan bahan pembuat bom, rompi anti peluru dan amunisi serta buku taktik tempur, dari penggeledakan di rumah pelaku, di Mesquite, pinggiran kota Dallas.
Dari hasil investigasi setelah penyergapan itu, Kepolisian Dallas percaya bahwa ia akan terus melakukan serangan lebih besar yang menargetkan penegak hukum.
Brown menyebut Micah memiliki delusi yang terlihat dari isi buku harian yang dimilikinya.
Selain itu, salah satu penyelidikan kepolisian saat ini adalah tulisan pelaku pada dinding bangunan di mana ia tewas disergap.
Sebelum ia tewas, Johnson menulis beberapa huruf dengan darahnya sendiri pada dinding bangunan. Tulisan-tulisan itu tidak memiliki makna jelas.
[ald]
BERITA TERKAIT: