Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menerobos Israel, Melihat Palestina (13)

Rabbi David Rosen: Yahudi dan Israel Tak Akan Hancurkan Masjid Al-Aqsha

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-rusmadi-5'>MUHAMMAD RUSMADI</a>
OLEH: MUHAMMAD RUSMADI
  • Selasa, 17 November 2015, 03:47 WIB
Rabbi David Rosen: Yahudi dan Israel Tak Akan Hancurkan Masjid Al-Aqsha
SAAT mengantri di gerbang pemeriksaan depan, serombongan warga Yahudi Israel berada di depan kami. Tapi begitu memasuki halaman belakang Masjid al-Aqsha, rupanya mereka langsung ditahan dulu oleh satuan gabungan polisi Israel dan Waqf.

Ketika kami sudah keluar masjid, mereka ternyata baru berjalan hingga setengah lapangan. Saat itulah, mereka langsung diteriaki pekik takbir Allahu Akbar oleh sejumlah kaum Murabithun.

Kami bergegas menuju ke Kubah Batu (Qubbatus Shakhrah/Dome of Rock), area yang diyakini ummat Islam sebagai tempat Rasulullah SAW mengawali mi’raj (naik) ke langit saat menerima kewajiban shalat lima waktu.

"Kami tidak masalah sama sekali, di atas Temple Mount ada bangunan-bangunan masjid (termasuk al-Aqsha). Kami juga tak mempersoalkan agama Islam. Sebaliknya, justru warga Arab di sini dan mengatasnamakan Islam yang mempersoalkan warga Yahudi, lalu menjadikannya sebagai komoditas politik," jelas Roley Horowitz, guide Yahudi Israel yang menemani kami.

Dia mengaku amat menyayangkan, banyak orang percaya tentang berita-berita tidak benar menyangkut masyarakat Yahudi dan Israel. Berita-berita tersebut, menurut Roley, sengaja disebarkan hanya untuk menyulut kebencian kepada mereka. Termasuk misalnya berita bahwa, pasukan Israel atau ummat Yahudi sudah menodai Masjid al-Aqsha, memasukinya, hingga mau meruntuhkan al-Aqsha.

Belum puas, saya mencoba menanyakan hal ini kepada rabbi (ulama) Yahudi langsung, Rabbi David Shlomo Rosen. Pria yang lahir pada 1951 di Newbury, Berkshire, Inggris ini, adalah bekas Kepala Rabbi Irlandia 1979��"1985. Kini, dia bertugas sebagai Direktur Departemen Urusan Antar Agama, Komite Yahudi Amerika, di samping juga sebagai Direktur Institut Robert and Harriet Heilbrunn untuk Membangun Pengertian Antar Agama Internasional.

Di web pribadinya, tampak foto-fotonya bertemu sejumlah tokoh dunia. Di antaranya dengan mendiang Raja Abdullah, Paus Emeritus Benediktus XVI, Paus Fransiskus, Dalai Lama, dan Syeikh Ishak Idris Sakhouta (Mesir).

Meski mengaku tak bisa mewakili seluruh ummat Yahudi, namun Rosen meyakinkan, pandangannya bisa mewakili 9 persen warga Yahudi.

"Tak ada keingian ummat Yahudi untuk menghancurkan Masjid al-Aqsha. Bila ada, justru hanya akan lebih membahayakan warga Yahudi dan negara Israel," tegasnya.

Rosen lalu mengingatkan, sebagaimana yang bisa disaksikan, polisi Israel justru terus mencegah bila ada warga Yahudi yang mau berdoa di Temple Mount (tempat Masdji al-Aqsha berada). "Sudah menjadi kebijakan pemerintah Israel menjaga al-Aqsha," jelasnya lagi.

Mengenai kemungkinan adanya orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan adanya masjid di kawasan Temple Mount yang mereka anggap suci, menurut Rosen bisa saja ada. Namun dia kembali mengingatkan, bagi kelompok Yahudi yang paling ortodoks sekali pun sebagaimana dirinya, mereka tak sekedar dilarang naik ke kawasan tersebut, tapi juga dilarang menyakiti orang lain, baik secara keyakinan atau secara fisik.

"Lebih dari itu, karena Islam juga agama monoteis (mengesakan Tuhan), kami harus memandang, keberadaan masjid-masjid (termasuk al-Aqsha) di Temple Mount ini juga sebagai rahmat Allah. Ini yang ditegaskan oleh para Rabbi di Timur Tengah," pungkasnya.

Mendapat keterangan Rabbi Rosen ini, saya teringat seperti beberapa larangan tegas dalam prosesi haji dalam Islam. Antara lain dilarang melakukan jidal, yakni bertengkar, berdebat, menyusahkan dan mengganggu orang.

Pantas, saya perhatikan, meski diteriaki pekik takbir oleh sekelompok pria Muslim (Murabithun) saat melintas di halaman belakang al-Aqsha, orang-orang Yahudi yang berziarah ini cuma diam. Meski kadang mereka menoleh, namun tak membalas. Bahkan dari beberapa rekaman video yang saya lihat, ada juga di antara mereka yang ketahuan berdoa, lalu diseret oleh polisi Israel, mereka pun tak melawan.

Rabu petang, 28 Oktober, kami berdiskusi dengan pakar masalah Palestina dari Jerusalem Post, Khaled Abu Toameh. Meski tinggal di Israel, Khaled adalah pria Arab asli keturunan Palestina. "Tahu nggak, berita apa yang tersebar pagi ini di medsos-medsos" tanyanya.

Kami tak menjawab. "Pagi ini, sekelompok orang Yahudi kembali menerobos Masjid al-Aqsha!" ujar Khaled, mengutip sebagian berita medsos tersebut.

Saya kaget. Kenapa beritanya bisa begitu? Bukankah mereka hanya berjalan di halaman belakang masjid? Tidak masuk ke Masjid al-Aqsha?

"Itulah yang sering terjadi disini. Beritanya belum tentu benar, disebar. Sehingga bikin orang mudah bertindak, meski serba belum jelas," jawabnya lagi.[***]

Penulis adalah wartawan Rakyat Merdeka. Pada 26 hingga 31 Oktober lalu penulis mengikuti The Rambam Israel Fellowship Program di Israel, yang disponsori oleh Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC).

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA