Banyak alasan kenapa Indonesia dan Kazakhstan harus terus mempererat hubungan. Paling tidak, selain sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim, kelebihan dan kebutuhan sumber daya alam yang bisa digarap hingga saling menguntungkan kedua negara adalah juga alasannya.
Bila dengan negara-negara lainnya sebagai sesama penduduk dunia harus menjujung tinggi nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan, terlebih sebagai negara yang sama-sama mayoritas berpenduduk Muslim, dalam bahasa agama yang paling sederhana, kedua negara ibarat dua saudara yang wajib saling bantu.
Sebagai negara yang baru merdeka 24 tahun lalu dari Uni Sovyet ini, mungkin tak semua orang yang mengenal Kazakhstan. Terlepas dari itu, bagi hubungan people to people, ditambah profil budaya, agama dan ekonomi yang tentu sangat penting bagi kedua negara, juga menjadi potensi besar dan alasan penting yang bisa merekatkan hubungan kedua negara.
Republik Kazakhstan adalah sebuah negara lintas benua, dimana sebagian besar wilayahnya termasuk dalam kawasan Asia Tengah dan sebagian kecil lainnya termasuk kawasan Eropa Timur, sehingga memiliki keuntungan geografis dan secara geopolitik layak diperhitungkan.
Wilayahnya yang terbentang dari barisan Pegunungan Altai di timur, hingga Laut Kaspia di barat, menjadikan negara ini negara terluas ke-9 di dunia, dan ke-2 terbesar dalam negara pecahan Uni Soviet setelah Rusia. Kazakhstan sering disebut dengan Virgin Landsâ€, karena beberapa wilayahnya yang belum tersentuh sama sekali.
Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia, terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan langsung dengan Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan. Kazakstan memproklamasikan kemerdekaannya pada 16 Desember 1991. Etnik terbesar Kazakstan merupakan keturunan dari kabilah Turki dan Mongol.
Jumlah penduduk Kazakhstan sekitar 15.753.460 jiwa, dengan toleransi agama Kazakhstan yaitu 70,2 persen Muslim; 26,6 persen Kristen; 0,1 persen Budha; 0,2 Yahudi dan 2,8 persen Atheis. Sementara 0.5 perse tidak menjawab, kemungkinan Kristen dari campuran Rusia atau Eropa.
Titik penting Kazakhstan bisa dilihat dari sosok negara ini yang dahulunya tak dikenal karena terpencil di wilayah Asia Tengah, kini menjelma menjadi sebuah negara dengan kekuatan minyak dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal karena masakan khasnya berupa hasil olahan daging kuda. Namun kini, Kazakhstan berubah menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah. Dengan cadangan minyak sebesar 29 miliar barel, menjadikan negara ini sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah.
Harus diakui, hal ini juga tak terlepas dari peran sang pemimpin negaranya, Presiden Nursultan Nazarbayev. Dalam kepemimpinanya, Nazarbayev mengambil kebijakan jalur seimbang, yaitu pro-barat sambil berupaya mempertahankan dukungan dari Rusia.
Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya, sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Republik Rakyat Tiongkok sudah mengantre untuk mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dia buka di Tengiz dan Kazhagan banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. Tiongkok bahkan merancang jalur pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke Daerah Otonomi Xinjiang di Tiongkok.
Adapun hubungan Kazakhstan dengan Indonesia, menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, sudah berlangsung sejak 2 Juni 1993. Pembukaan hubungan diplomatik secara resmi tersebut merupakan titik awal hubungan kerja sama kedua negara, setelah sebelumnya Indonesia memberikan pengakuannya bagi proklamasi kemerdekaan negara Republik Kazakhstan, pada 16 Desember 1991.
Indonesia dan Kazakhstan memiliki banyak kesamaan, berupa sumber daya alam melimpah, yang membuat keduanya dapat memperoleh pendapatan negara yang signifikan. Mayoritas penduduk kedua negara memeluk agama Islam, dengan keanekaragaman budaya yang melimpah dan dapat hidup berdampingan secara harmonis, serta sama-sama memiliki komitmen di bidang penegakan hak asasi manusia, supremasi hukum dan demokrasi.
Sebagaimana Indonesia yang kaya dengan keragamannya, demikian juga dengan Kazakhstan. Presiden Nursultan Nazarbayev bahkan menekankan, solidaritas dalam perbedaan inilah yang menguatkan negerinya hingga hari ini, di tengah tantangan global.
Keberagaman di masyarakat Kazakhstan akan selalu menjadi kekuatan negeri ini,†demikian Nazarbayev seperti disampaikan kembali oleh Minister Counsellor pada Kedutaan Besar Kazakhstan di Indonesia, Mursal-Nabi Tuyakbayev, di Jakarta.
(Muhammad Rusmadi/Bersambung)
BERITA TERKAIT: