Hal ini disampaikan oleh seorang mahasiswi yang turut menjadi korban sandera.
Mahasiswa itu mengatakan para militan Islam mencap universitas tersebut layaknya rumah bordil di mana wanita mengenakan
make up, mendengarkan musik, dan dicampur dengan laki-laki. Saat disandera, ia dan rekan-rekannya yang lain diperintahkan untuk berkumpul di satu tempat oleh pemimpin militan.
"Mereka mengatakan bahwa kami akan diajarkan pelajaran yang tidak akan pernah kami lupakan," ungkapnya.
Namun beruntung, petugas keamanan berhasil melancarkan serangan balasan guna merebut kembali kampus meski memicu bentrokan yang disertai tembakan dan granat.
"Pasukan keamanan membebaskan semua mahasiswa/i yang sandera dari asrama di Universitas Anbar dan kembali menguasai pos-pos pemeriksaan di pintu masuk," ungkap wakil Menteri Dalam Negeri Irak, Adnan Al-Assadi, mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip
AFP (Minggu, 8/6).
Segera setelah berhasil membebaskan sandera, pasukan keamanan membawa para mahasiswa dengan sebuah bus.
Polisi menyebut, jumlah sandera di awal insiden sekitar 2.500 orang, meskipun angka itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.
[wid]
BERITA TERKAIT: