Ia menyatakan itu sekaligus membantah puja-puji masyarakat internasional atas reformasi di Myanmar.
Berbicara di Berlin, Jerman, pada Jumat kemarin (11/4) untuk menerima penghargaan hak asasi manusia, Suu Kyi mengatakan negara yang dulu bernama Burma itu masih membutuhkan sebuah konstitusi yang demokratis, rekonsiliasi nasional sejati dan perubahan pola pikir di kalangan penguasa eks-militer.
"Konstitusi di Myanmar juga masih memberikan militer peran yang sangat khusus dalam kehidupan bangsa, dengan menjamin seperempat anggotanya duduk di kursi parlemen. Kecuali jika konstitusi diubah, reformasi demokrasi di Burma akan terlihat lebih dari sekedar istilah," katanya, seperti dikutip dari
AFP (Sabtu, 12/4).
Suu Kyi telah menghabiskan puluhan tahun di bawah kediktatoran militer di Myanmar. Perempuan yang kini berusia 68 tahun itu pernah mendekam dalam tahanan rumah selama 15 tahun lamanya.
Ia tak kenal lelah memperjuangkan demokrasi di Myanmar. Ketua Liga Nasional untuk Demokrasi itu dianggap sebagai simbol perlawanan damai di Myanmar.
[ald]
BERITA TERKAIT: