Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, dalam rilisnya yang dikutip dari setkab.go.id, Senin (4/11). Menurutnya, meski Indonesia dinilai World Economic Forum (WEF) telah mampu membangun infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik, fasilitas air bersih), kesiapan teknologi dan inovasi, serta efisiensi pasar tenaga kerja, namun disadari masih banyak pekerjaan besar terutama menjaga dan meningkatkan iklim dunia usaha dan
doing-business di Indonesia.
Dia ingatkan, Indonesia akan berkompetisi dengan sejumlah negara di ASEAN. Kompetisi terjadi di segala lini dari mulai persaingan mendapatkan investasi, kualitas dan harga jual produk ekspor, pasar tenaga kerja, kualitas infrastruktur dan regulasi yang pro-investasi.
Tapi saat ini, diakuinya, posisi daya saing Indonesia masih di bawah Thailand (37), Singapura (2), dan Malaysia (24). Karena itu, peran dan kontribusi dari semua pihak baik Pemerintah Pusat-Daerah, BUMN, swasta nasional, serikat pekerja, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya sangat dibutuhkan.
Firmanzah melanjutkan, tantangan memperbaiki dan meningkatkan daya saing juga tercermin dari peringkat kemudahan berbisnis (doing business) yang dilakukan oleh International Finance Corporation (IFC). Sejumlah catatan tentang kemudahan memulai berbisnis, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh listrik, kemudahan memperoleh kredit, serta kemudahan pembayaran pajak. Tang pasti, Firmanzah menegaskan, pemerintah saat ini secara serius melakukan reformasi struktural untuk penguatan daya saing nasional.
"Upaya ini dilakukan dari mulai hadirnya MP3EI, reformasi birokrasi, penyederhanaan perijinan melalui pelayanan terpadu satu atap (PTSP), empat paket kebijakan stimulus fiskal, dan dikeluarkannya 17 paket kebijakan untuk kemudahan berusaha baru-baru ini," papar Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.
[ald]
BERITA TERKAIT: