"Sekarang kita berada dalam fase pasca-perang. Resolusi PBB yang telah diadopsi mungkin akan menstabilkan kekuatan negara itu.Tapi Perancis akan tetap mengerahkan sekitar 1.000 tentara untuk melanjutkan operasi militer.," katanya dalam kunjungan ke kota Gao, Mali seperti yang dikutip Associated Press (Sabtu, 27/4).
Selama kunjungan Le Drian ke Mali, ia bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Ibrahim Dahrou Dembele. Pertemuan dilakukan untuk membahas upaya-upaya untuk melatih militer Mali.
Kepada Le Drian, Jenderal Dembele juga mengeluhkan kesulitan yang masih terjadi di wilayah Kidal Mali meskipun tentara Perancis telah berhasil menyingkirkan para militan Islam tersebut. Daerah tersebut telah dijaga oleh pasukan Perancis dan Chad, namun otoritas lokal menolak kehadiran tentara Mali karena dianggap telah melanggar hak asasi manusia.
Mali jatuh ke dalam kekacauan setelah kudeta 2012 Maret yang menciptakan kevakuman keamanan akibat pemberontak Tuareg sekuler mengambil alih Mali Utara negara itu sebagai tanah air baru. Beberapa bulan kemudian, mereka diusir oleh kelompok militan Islam.
Setelah kelompok militan Islam mulai bergerak ke daerah-daerah yang dikuasai pemerintah di Mali Selatan, Perancis melancarkan serangan militer pada 11 Januari untuk mengusir mereka. Para pejuang, banyak terkait dengan al-Qaeda, melarikan diri dari kota-kota besar di Mali Utara tetapi banyak bersembunyi di padang gurun dan terus melakukan serangan, termasuk bom bunuh diri.
Perang yang dipimpin Perancis ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius di wilayah Mali Utara dan telah membuat ribuan orang mengungsi, yang kini hidup dalam kondisi menyedihkan.
[sam]
BERITA TERKAIT: