Pukul 10.00 pagi hari waktu Roma atau petang ini dalam WIB, dimulailah rangkaian menuju Konklaf (sidang memilih Paus baru) dengan Misa di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Misa ini disebut "Pro Eligendo Romano Pontifice" atau Misa pemilihan Paus Roma.
Perayaan Misa akan dihadiri seluruh Kardinal yang berhak memilih atau dipilih sebagai Paus, dan semua Kardinal yang tidak punya hak pilih atau dipilih. Misa pun terbuka untuk seluruh umat Katolik.
Pada sekitar petang hari waktu Roma, 115 kardinal yang semuanya di bawah usia 80 tahun, akan memasuki Kapel Sistina untuk sidang rahasia memilih penerus Benediktus XVI. Seluruh umat Katolik percaya, Roh Kudus berkuasa penuh dalam semua proses pemilihan.
Setelah mereka mengambil sumpah untuk merahasiakan semua proses pemilihan ke duniar luar, Kepala Litrugi Kepausan, Monsignor Guido Marini, akan menyerukan "omnes ekstra" untuk memerintahkan semua orang yang tak berkepentingan untuk keluar dari Kapel. Setelah itu, pintu kapel akan dikunci untuk orang luar.
Cerobong asap di atas Kapel akan menjadi pusat perhatian ribuan orang di Lapangan Santo Petrus dan media massa dunia karena dari sana asap akan melayang untuk menandakan apakah Paus baru sudah terpilih atau belum.
Surat suara para kardinal akan dibakar usai tiap sesi pemungutan suara, sampai satu kandidat mencapai mayoritas dua pertiga (77 suara).
Kemungkinan besar, di malam ini setelah sesi pertama, belum akan terpilih Paus baru. Berarti, asap yang melayang di atas kapel akan berwarna hitam.
Bisa besok atau lusa untuk publik melihat asap menjadi putih, yang berarti Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik Roma telah terpilih.
Sementara, dikutip dari
CNN, ribuan umat Katolik dari benua hitam Afrika, menyatakan harapan mereka agar Paus berikutnya akan menjadi yang pertama dari benua mereka.
Mayoritas dari mereka juga percaya, dengan terpilihnya Paus dari Afrika maka Gereja Katolik akan menjadi lebih konservatif.
Survei dilakukan terhadap 20.000 orang di 11 negara, yang dilakukan melalui ponsel. Survei juga membahas perpecahan besar di antara warga Afrika tentang arah masa depan gereja, termasuk isu iman, homoseksualitas dan ras.
"Sebuah Paus Afrika akan membawa kesatuan yang lebih di benua Afrika dan kepercayaan," kata seorang wanita dari Zimbabwe.
Sementara seorang pemuda Nigeria yang disurvei, menyatakan, seorang Paus dari Afrikan akan menghapus kejatuhan moral, seperti pernikahan sesama jenis.
Dalam survei itu,
CNN bermitra dengan Jana.com, yang telah merintis pemungutan suara di negara-negara berkembang dengan jaringan mobile.
Lebih dari 80 persen yang disurvei percaya bahwa benua mereka siap untuk Paus baru dari Afrika, tetapi hanya 61 persen yang berpikir bahwa seluruh dunia juga merasa hal yang sama.
Kardinal Peter Turkson dari Ghana, dinilai oleh pengamat Vatikan sebagai pesaing utama dari Afrika.
Sementara dilansir
AFP, para pengamat Vatikan menyatakan sudah ada tiga nama yang muncul hangat dibicarakan publik sebagai penerus Paus lama.
Mereka adalah Odilo Scherer, Uskup Agung karismatik dari Sao Paolo; Angelo Scola, tokoh konservatif dari Italia dan kepala keuskupan agung di Milan; dan Marc Ouellet, Uskup asal Kanada yang cukup senior di Vatikan.
[ald]
BERITA TERKAIT: