Kelebihan Kapasitas Lapas Karena Gagal Dalam Pencegahan
Laporan: Ruslan Tambak | Kamis, 04 Mei 2017, 13:42 WIB

. Kelebihan kapasitas atau
over capacity lembaga pemasyarakatan (Lapas) sebetulnya tidak perlu terjadi. Pasalnya, sejak tahun 2011 hingga tahun 2017 pertumbuhan Lapas sudah cukup baik.
Pertanyaannya, apakah kelebihan kapasitas Lapas itu sumbernya dari luar. Apakah kepolisian dan BNN melakukan penanganan dengan baik, bukan penangkapan.
"Penangkapan itulah yang membuat over kapasitas. Sedangkan pencegahannya bagus atau tidak," kata Ketua Tim Kunker Komisi III DPR Desmond J.Mahesa, usai meninjau Lapas Kelas II Mataram, NTB, Selasa lalau (2/5).
Persoalan kelebihan kapasitas terjadi di seluruh Indonesia tak terkecuali di NTB yang kapasità anya 250 orang. Namun, dihuni 800-an orang.
Menurut Desmond, itulah masalahnya bahwa kelebihan kapasitas karena penangkapannya lebih banyak dibanding pencegahannya.
"Ini yang akan kita evaluasi terhadap kinerja BNN. Kalau ada narkoba beredar di dalam Lapas, masalahnya di luar atau di dalam, kan, di luar. Berarti badan ini enggak beres. Jangan Lapas yang disalahkan," tandasnya.
Politisi Partai Gerindra ini mengatakan, kunker ke NTB ini untuk evaluasi hal-hal sederhana. Dari laporan yang diterima Lapas se-Nusa Tenggara dari aspek penangkapan, kasus narkoba berjalan baik. Berarti gagal di bidang pencegahan.
"Jangan ngaku berhasil tangkap orang, Itu berarti gagal dalam pencegahan," katanya lagi seperti rilis Parlementarian hari ini.
Ditekankan lagi bahwa kalau di luarnya beres, maka tidak ada narkoba di Lapas. "Tidak mungkin ada peredaran narkoba dalam lapas kalau di luarnya beres," tekan dia.
Kunjungan ke Lapas ini termasuk Lapas wanita, Tim Komisi III menerima masukan, salah satunya HP yang di dalamnya ada dokumen penting yang dihilangkan oleh petugas. Masalah ini akan ditindaklanjuti termasuk memanggil pengacara wanita terpidana kasus pembunuhan. Di Lapas wanita ini ada dua bayi yang ibunya terjerat kasus narkoba.
Dalam kunker kali ini ikut serta anggota Komisi III Ichsan Soelistio dan Eddy Kusuma Wijaya dari F-PDIP, Adies Kadir dan Ahmad Zacky Siradj dari F-PG, Wihadi Wiyanto dan Didik Mukrianto dari F-PD), M.Toha dan Rohani Vanath dari F-PKB, Arsul Sani dari F-PP, Akbar Faisal dari F-Nasdem, dan Dossy Iskandar Prasetyo dari F-Hanura.
[rus]