Pertumbuhan Ekonomi RI Mampu Salip China

Bos Apkasi: Asalkan Kesenjangan Infrastruktur Di Daerah Dibenahi

Senin, 29 Oktober 2012, 08:16 WIB
Pertumbuhan Ekonomi RI Mampu Salip China
ilustrasi/ist
rmol news logo Pertumbuhan ekonomi Indo­­ne­sia diperkirakan dalam lima tahun ke depan bisa menya­lip China. Sya­ratnya, Pemerintah mesti le­bih serius mendorong pemera­ta­an pembangunan khu­susnya di Kawasan Timur In­donesia (KTI).

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pemerin­ta­han Kabupaten Seluruh Indo­ne­sia (Apkasi) Isran Noor di dialog mem­peringati Sumpah Pemuda ke 84 di Gedung Muhamma­di­yah, Jakarta, kemarin. Isran me­nga­takan, sejak tahun 2001, Indo­nesia mengalami pertum­buhan ekonomi yang konsisten diban­ding­kan dengan negara-negara or­ganisasi kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Termasuk, juga BRICS (Brazil, Rusia, India, Chi­na dan Afrika Selatan). Namun pa­da satu sisi kompleksitas anca­m­an dan tan­tangan yang dihadapi ki­an be­ragam serta multi-di­mensi.

Bahkan, pakar ekonomi dari Capital Economics Ltd London, Gareth Leather mengemukakan ke­bijakan suku bunga telah me­ning­katkan investasi asing di In­donesia. Sehingga, menem­pat­kan Indonesia di peringkat kedua per­tum­buhan ekonomi dunia setelah China.

Pertum­buhan ekonomi nasio­nal yang membangkitkan opti­mis­me bukan berarti tantangan eko­nomi Indonesia semakin ri­ngan. Masa­lah penciptaan lapa­ngan kerja idealnya satu persen per­tumbuhan ekonomi dapat men­ciptakan 450.000 lapangan kerja serta ting­kat sebaran ke­mis­­­kinan harus ditanggapi d­e­ngan per­cepatan program-pro­gram pro -job dan pro- poor. “Untuk itu di­butuhkan penguatan fun­da­mental ekonomi dengan men­­dorong pem­bangunan di Ka­wa­san Timur Indo­nesia,” ce­tus­nya.

Karena itu, pihaknya meminta percepatan pembangunan dan per­­tumbuhan di wilayah Ka­wa­san Ti­mur Indonesia. Perbe­daan pem­bangunan dan kesen­ja­ngan infra­struktur harus segera di­per­baiki.

Kawasan Barat Indo­ne­sia de­ng­an luas wilayah sekitar 31,25 persen  dari luas wilayah na­sional memiliki jalan nasional dan pro­vinsi yang jauh lebih pan­jang di­bandingkan dengan 68,75 per­sen wilayah KTI.

Sebelumnya, Kepala Badan Ko­or­dinasi Penanaman Modal (BK­PM), Chatib Basri optimistis re­alisasi investasi Penanaman Mo­­dal Asing (PMA) dan Pena­naman Modal Dalam Negeri (PM­DN) tahun 2012 akan men­capai level sekitar Rp 300 triliun, me­lampaui target yang ditetap­kan sebesar Rp 283,5 triliun.

Dari sisi lokasi PMA, tertinggi investasi terjadi di DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Riau. Sementara PMDN tersebar di Jawa Barat tertinggi, disusul Ja­wa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Kalimantan Timur.

“Upaya pe­merataan investasi ke daerah-daerah luar Jawa dan pe­ningkatan peran perusahaan PMDN telah menun­jukkan hasil meng­gem­bira­kan,” ujar­nya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA