Membumikan Ekonomi Syariah di Era Digital

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 17 November 2025, 07:30 WIB
Membumikan Ekonomi Syariah di Era Digital
Praktisi komunikasi dan pegiat literasi ekonomi syariah, Erwin Dariyanto (Foto: RMOL/Reni Erina)
rmol news logo Di tengah riuhnya arus informasi digital, kampanye ekonomi syariah menghadapi tantangan yang tak sederhana. Bukan hanya soal mengenalkan konsepnya, tetapi bagaimana membuat masyarakat benar-benar memahami dan merasa dekat dengan nilai-nilainya. Untuk itu, dibutuhkan strategi yang matang, bukan sekadar menyebar pesan.

Hal inilah yang disoroti praktisi komunikasi dan pegiat literasi ekonomi syariah, Erwin Dariyanto, saat berbicara dalam Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah yang digelar Bank Indonesia dan Forjukafi di Jakarta. Menurutnya, dua hambatan terbesar saat ini adalah rendahnya minat baca dan perubahan cara masyarakat mengonsumsi informasi.

“Masyarakat suka cerita yang ringan dan inspiratif,” kata Erwin, dikutip redaksi di Jakarta, Senin 17 November 2025. 

Di titik inilah, kolaborasi menjadi kunci. Banyak istilah dalam ekonomi syariah yang masih abstrak bagi masyarakat umum. Karena itu, Bank Indonesia bersama kementerian terkait perlu “duduk bareng” dengan jurnalis, akademisi, dan praktisi komunikasi untuk menyepakati bahasa yang membumi, bukan sekadar benar secara teknis.

Kampanye yang berhasil bukan hanya yang dapat menjelaskan konsep syariah, tetapi yang mampu membuat masyarakat merasa dekat dan relevan dengan produk serta nilai yang ditawarkan.

Rendahnya minat baca juga tidak harus menjadi hambatan. Justru bisa diatasi dengan memanfaatkan kekuatan visual. Infografis yang padat, tabel sederhana, foto yang kuat secara naratif, hingga video pendek dapat menarik perhatian mereka yang awalnya tidak berniat membaca.

Selain itu, kata Erwin, kampanye ekonomi syariah perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan digital masyarakat. Bukan lagi terpaku pada media massa, tetapi hadir di platform yang sedang digandrungi, seperti YouTube, Instagram, TikTok, X, hingga Facebook. 

“Kita harus ada di tempat orang mencari informasi,” ujarnya.

Erwin menutup pesannya dengan ajakan sederhana namun kuat, yaitu kolaboratif, inovatif, dan jangan ragu menerapkan prinsip ATM; amati, tiru, modifikasi. 

Karena pada akhirnya, keberhasilan literasi ekonomi syariah bukan hanya soal menjelaskan konsep, tetapi membuatnya hidup dan relevan bagi setiap lapisan masyarakat. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA