Hal ini ditekankan oleh Komisaris KBS, Revitriyoso Husodo, di mana ia mendorong seluruh jajaran untuk menjadikan profesionalisme dan efisiensi sebagai budaya kerja utama.
Menurutnya target tersebut bukan sekadar mimpi. Target itu hanya bisa diwujudkan jika perusahaan dan yang lebih penting pemerintah, berani menerapkan budaya efisiensi total.
Efisiensi harus menjadi budaya kerja di seluruh lini, katanya. Mulai dari penyederhanaan proses internal hingga penggunaan sumber daya seminimal mungkin. Namun, langkah paling strategis yang ia dorong adalah reformasi kebijakan logistik nasional.
Ia secara terbuka mengusulkan agar pemerintah meninjau ulang alokasi penunjukan pelabuhan impor. Revitriyoso berargumen bahwa memaksa produk Banten dikirim ke Tanjung Priok, atau mengarahkan impor buah dan sayur Pulau Jawa melalui Tanjung Perak di Surabaya, adalah pemborosan waktu dan biaya.
"Konsumen terbanyak ada di Jabodetabek," ujarnya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis 30 Oktober 2025.
Mengalihkan impor komoditas ke KBS di Cilegon akan memotong rantai distribusi. Dampaknya ganda; pertama biaya logistik akan terpangkas, membuat harga barang impor seperti buah dan sayur menjadi lebih murah bagi konsumen. Kedua, secara signifikan mendongkrak pendapatan KBS menuju angka Rp5 triliun.
Inisiatif ini menempatkan KBS dalam posisi sebagai perusahaan yang tidak hanya fokus pada profit internal, tetapi juga berani menawarkan solusi untuk meningkatkan efisiensi biaya logistik di tingkat nasional. Untuk mencapai tujuannya, KBS kini mendesak sinergi antara semangat profesionalisme internal dan dukungan kebijakan strategis dari Bea Cukai.
Upaya ini sejalan dengan arahan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar Djohan, bahwa KBS merupakan bagian penting dari ekosistem Krakatau Steel Group yang terus memperkuat sinergi dan daya saing logistik nasional.
BERITA TERKAIT: