Director of Investment Banking Aldiracita Sekuritas Indonesia Anindita Cintasya mengatakan, peningkatan tersebut justru terjadi di tengah kondisi ekonomi nasional yang cukup dinamis dan mengalami fluktuasi.
Penerbitan obligasi korporasi pun kini semakin ramai seiring penurunan suku bunga acuan yang beberapa kali dilakukan Bank Indonesia (BI) hingga ke level 4,75 persen.
"Kita lihat bahwa akhir-akhir ini seluruh penerbitan obligasi masih bisa dikatakan majority oversubscribe, karena memang demand yang lebih besar daripada supply-nya," ujar Anindita Cintasya dalam Road to CNBC Awards 2025 'Best Securities and Fund Managers, Selasa 23 September 2025.
Selain kondisi pasar yang bergairah, ramainya penerbitan obligasi juga didukung oleh regulasi baru yang mempermudah investor untuk berinvestasi pada surat berharga.
Penerbitan obligasi korporasi masih lebih didominasi oleh obligasi konvensional. Setelah itu, diikuti oleh penerbitan suluk yang belakangan ini cukup luar biasa permintaannya. Tren penerbitan obligasi tematik juga mulai ramai, misalnya obligasi dengan fokus pada aspek keberlanjutan seperti Green Bond dan Social Bond.
"Jadi mungkin dari sisi investor baru mulai menginterpretasikan regulasi baru. Jadi mereka baru mulai berani untuk investasi ke beberapa jenis investasi selain obligasi korporasi pada umumnya. Jadi, (investor) mulai masuk ke sisi social bond, kemudian green bond, kemudian juga perpetual," jelasnya.
BERITA TERKAIT: