Weekly Commentary PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI), aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 61,72 triliun sepanjang 2025.
Pada periode 8-12 September 2025 saja, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 6,59 triliun. Aksi jual saham oleh investor asing di tengah pasar yang bergejolak pekan ini.
Menurut Ashmore, pergantian menteri keuangan sempat mendorong pasar saham melemah. Hal itu didorong aksi jual oleh investor domestik dan asing pada saham bank. Selain itu, imbal hasil obligasi naik terutama pada obligasi tenor jangka panjang.
Seiring berlalunya minggu pertama masa jabatan Menteri Keuangan baru, pasar mulai memperoleh kejelasan mengenai sikap dan arah Purbaya Yudhi Sadewa. Kekhawatiran utama telah dijawab, yaitu defisit fiskal akan tetap berada di bawah batas 3 persen.
"Hal ini membantu mengembalikan kepercayaan pasar serta mendukung pemulihan pasar saham dan obligasi Indonesia pekan ini," ungkap Ashmore, dalam pernyataannya yang dikutip Senin 15 September 2025.
Ashmore menilai, langkah terbaru Purbaya bertujuan mendorong pertumbuhan domestik melalui peningkatan likuiditas sistem, dengan memindahkan Rp200 triliun dari kelebihan kas pemerintah ke sistem perbankan komersial (melalui bank-bank BUMN ) yang selanjutnya akan dilepaskan ke pasar.
Langkah ini diharapkan secara bertahap mendukung pertumbuhan ekonomi melalui efek berganda sekaligus meningkatkan kepercayaan investor.
"Secara keseluruhan, investor asing masih bersikap relatif berhati-hati sambil mencerna kabar dari dalam negeri. Walau kebijakan besar kemungkinan tidak akan banyak berubah dalam jangka pendek, terdapat indikasi bahwa Menteri Keuangan baru memiliki kecenderungan pada belanja fiskal," papar Ashmore.
Dari sentimen eksternal, Ashmore memprediksi bahwa Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan memangkas suku bunga dalam pertemuan FOMC pada pekan depan.
Hal ini di tengah rilis data inflasi utama dan inti tahunan AS sesuai harapan dan tetap tinggi. Di sisi lain, pasar tenaga kerja AS terus melemah terutama dengan revisi penurunan signifikan pada penciptaan lapangan kerja dari rilis data Nonfarm Payroll.
“Data klaim pengangguran awal untuk pekan ini juga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2021 yang semakin menyoroti kelemahan di pasar tenaga kerja,” demikian seperti dikutip.
Adapun the Fed telah mengalihkan fokus dari inflasi ke pasar tenaga kerja.
Ashmore mengingatkan agar tetap hati-hati dan memilih saham berkualitas yang didukung oleh fundamental dan likuiditas yang kuat dalam kondisi ini.
BERITA TERKAIT: