Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga komoditas ini sempat melesat 1,55 perseb, bahkan menguat sepanjang minggu lalu.
Penguatan harga minyak mentah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga AS mendukung prospek permintaan biodiesel, yang bisa menopang harga CPO.
Ringgit yang menguat 0,59 persen terhadap Dolar AS, membuat CPO lebih mahal bagi pembeli luar negeri, di tengah penantian pasar terhadap data ekspor 1-25 Agustus hari ini.
Dikutip dari Reuters, harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menyusut 15 Ringgit atau 0,33 persen menjadi 4.514 Ringgit ,atau sekitar 1.074,51 Dolar AS per metrik ton pada awal perdagangan.
Harga minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif di Dalian menguat 0,4 pesren, sementara kontrak minyak sawitnya naik 0,63 persen.
Di sisi lain, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,38 persen.
Minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya, karena berkompetisi di pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia sedikit menguat setelah Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia, memicu kekhawatiran gangguan pasokan. Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga AS turut memperkuat prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.
Penguatan harga minyak mentah biasanya membuat CPO menjadi alternatif yang lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel.
BERITA TERKAIT: