Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, mengatakan bahwa setelah beberapa tahun kebijakan fiskal dan moneter cenderung ketat, tahun ini keduanya mulai dilonggarkan secara signifikan.
“Inflasi yang rendah membuat mata uang Rupiah stabil. Berkat itu, Bank Indonesia mampu menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin dalam beberapa kuartal terakhir,” ujarnya dalam HSBC - Indonesia Economy Outlook H2-2025 secara virtual pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Phanjul memperkirakan ruang penurunan suku bunga masih terbuka hingga 75 basis poin dalam dua hingga tiga kuartal mendatang, yang menjadikannya salah satu siklus pelonggaran yang cukup dalam. Penurunan ini, lanjutnya, akan memengaruhi suku bunga kredit dan deposito.
“Dan begitu permintaan kredit mulai meningkat, PDB juga mulai meningkat. Jadi, kita sedang memulai proses itu sekarang,” jelasnya.
Di sisi fiskal, pemerintah juga melakukan pelonggaran melalui dua paket stimulus yang berfokus pada program kesejahteraan sosial. Untuk itu defisit anggaran tercatat naik dari 1,6 persen PDB pada 2023 menjadi hampir 2,8 persen PDB pada 2025.
“Itu adalah pelonggaran fiskal yang substansial dalam kurun waktu dua tahun. Jadi, jika kebijakan fiskal dan moneter dilonggarkan pada tahun 2025, apakah kita sudah mulai melihat dampak pertumbuhannya? Dan jawaban saya adalah ya, jika diperhatikan dengan saksama, memang sudah terlihat,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: