Penerbangan terakhir Jetstar Asia dilakukan dari Bandara Changi, Singapura menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Keberangkatan ini sekaligus menjadi momen perpisahan bagi pilot dan awak kabin.
Para staf Bandara Changi tampak berdiri di sepanjang landasan, melambaikan tangan saat pesawat terakhir Jetstar Asia mengudara.
Dalam penerbangan tersebut, Jetstar Asia memberikan kenang-kenangan spesial kepada para penumpang penerbangan terakhir.
Penumpang dari Labuan Bajo, Indonesia, menerima tas belanja, sementara penumpang dari Manila, Filipina, mendapatkan miniatur pesawat Jetstar sebagai suvenir perpisahan.
Lebih dari 500 karyawan Jetstar Asia terdampak dari penutupan ini. Meski begitu, CEO Jetstar Asia, John Simeone, mengklaim bahwa sekitar 54 persen dari total karyawan yang terdampak telah mendapatkan tawaran kerja baru, baik di sektor penerbangan, pariwisata, maupun di ruang tunggu bandara.
"Sebagian dari mereka yang belum mendapatkan posisi atau wawancara baru sedang beristirahat, menjajaki karier lain, atau masih menunggu tanggapan," kata Simeone, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu 2 Agustus 2025.
Meski telah berhenti beroperasi, sekitar 70 karyawan Jetstar Asia akan tetap bekerja hingga Oktober guna menyelesaikan proses regulasi dengan Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS).
Sementara itu, 30 karyawan lainnya akan bertahan hingga Desember untuk menyelesaikan urusan administrasi dan penutupan kantor.
Simeone memastikan hampir seluruh pelanggan telah menerima pengembalian dana atas pembatalan penerbangan yang terjadi imbas penutupan ini.
"Kami mungkin hanya memiliki beberapa pelanggan yang belum dapat kami hubungi. Sangat kecil jumlah mereka yang belum dihubungi," ujarnya.
Sejak bulan Juni lalu, Jetstar Asia telah mengumumkan rencana penghentian operasional per akhir Juli 2025.
Maskapai yang merupakan anak usaha dari Qantas Group ini resmi tutup, namun entitas lain seperti Jetstar Airways yang melayani rute Australia dan Selandia Baru, serta Jetstar Japan, tetap beroperasi normal.
BERITA TERKAIT: