Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan tersebut diambil berdasarkan meredanya ketidakpastian global, terutama setelah Amerika Serikat (AS) dan China menurunkan tarif dan menunda ketegangan dagang selama 90 hari.
“Tentu saja ini adalah indikator positif yang sebelumnya terjadi perang dagang saling meningkatkan tarifnya. Sekarang kedua negara mulai melakukan perundingan dan terlihat ada kesepakatan,” jelas Perry dalam konferensi pers daring, Rabu, 21 Mei 2025.
Perkembangan global ini turut memperbaiki proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Dari sebelumnya diprediksi turun ke 2,9 persen, kini membaik menjadi 3 persen.
Tak hanya itu, nilai tukar Rupiah yang sempat tertekan oleh penguatan Dolar AS juga mulai mereda. BI terus menjaga stabilitas melalui intervensi di pasar non-delivery forward (NDF) internasional seperti di Hongkong, Eropa, dan Amerika selama 24 jam penuh.
“Artinya, kondisi global masih tidak pasti karena kesepakatan antara AS dan China ini baru sementara, hanya 90 hari. Sehingga kita akan tetap waspada dan tidak segan melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar Rupiah,” tegas Perry.
Di sisi domestik, inflasi juga berada di level rendah. BI memperkirakan inflasi akhir tahun ini di kisaran 2,6 persen. Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi, kinerja triwulan I-2025 sedikit lebih rendah dibanding triwulan IV tahun lalu, yakni 4,87 persen dibanding 5,02 persen.
“Atas dasar inflasi rendah, stabilitas nilai tukar yang terjaga, serta kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi, BI menurunkan suku bunga sebesar 25 bps,” ungkap Perry.
BERITA TERKAIT: