Harga Peralatan Bayi buatan China di AS Meroket, Trump Didesak Hapus Tarif Impor

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 08 Mei 2025, 11:23 WIB
Harga Peralatan Bayi buatan China di AS Meroket, Trump Didesak Hapus Tarif Impor
Bendera Amerika Serikat/Pixabay
rmol news logo Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk tidak mengenakan tarif impor sebesar 145 persen pada barang-barang penting untuk bayi dan anak buatan China, seperti kursi mobil, kereta dorong, dan tempat tidur bayi.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, saat menjawab pertanyaan dari anggota DPR dari Partai Demokrat, Ayanna Pressley, dalam sidang Komite Layanan Keuangan pada Rabu, 7 Mei 2025. Bessent menyebutkan bahwa kemungkinan pengecualian tarif tersebut masih dalam tahap pertimbangan.

Dalam sidang tersebut, Pressley - yang berasal dari negara bagian Massachusetts - menyampaikan kekhawatirannya karena lebih dari 3,5 juta bayi lahir setiap tahun di AS, dan hampir semua kereta dorong bayi diproduksi di China.

"Harga-harga sekarang jadi naik," ujar Pressley, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, pada tahun 2018, pemerintahan Presiden Donald Trump sempat membebaskan beberapa barang dari tarif impor 25 persen, termasuk helm sepeda dan perlengkapan keselamatan anak seperti kursi mobil dan tempat bermain. Namun, beberapa barang lain seperti komponen kursi mobil, tempat tidur bayi, tas popok, dan pagar pengaman kayu tetap dikenai tarif.

Chris Peterson, CEO Newell Brands - perusahaan pembuat kereta dorong bayi dan perlengkapan anak merek Graco - mengatakan minggu lalu bahwa sekitar 97 persen kereta dorong dan 87 persen kursi mobil bayi di AS berasal dari China.

Karena kenaikan tarif, perusahaan telah menaikkan harga produk bayi sekitar 20 persen. Peterson mengatakan pihaknya belum menghitung dampak tarif tambahan sebesar 125 persen, dan sementara waktu menghentikan pengiriman dari China sambil menghabiskan stok yang ada.

“Kalau stok habis, pengecer juga akan kehabisan barang. Akhirnya kami harus kembali impor dari China,” kata Peterson.

“Dan kalau itu terjadi, karena hampir semua industri mengambil barang dari China, harga barang akan naik lagi untuk menutupi biaya tambahan dari tarif," ujarnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA