Laba Anjlok 65 Persen

Ford Terancam Rugi Rp25 Triliun Gara-gara Tarif Impor

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Selasa, 06 Mei 2025, 14:27 WIB
Ford Terancam Rugi Rp25 Triliun Gara-gara Tarif Impor
Pekerja Ford/NBC News
rmol news logo Perusahaan otomotif raksasa asal Amerika Serikat, Ford Motor Co menghadapi tekanan berat setelah membukukan penurunan laba bersih hingga 65 persen pada kuartal pertama tahun 2025.

Tak hanya itu, Ford juga memproyeksikan potensi kerugian mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp25,14 triliun) sepanjang tahun ini.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa 6 Mei 2025, anjloknya kinerja keuangan Ford dinilai tak lepas dari hantaman berbagai kebijakan tarif impor, termasuk bea atas kendaraan jadi, baja, aluminium, serta suku cadang. Kenaikan biaya produksi akibat tarif tersebut telah memukul margin keuntungan perusahaan.

“Tim kami telah melakukan banyak hal untuk meminimalkan dampak tarif terhadap bisnis kami,” kata Chief Financial Officer Ford, Sherry House.

Dalam merespons tekanan tersebut, Ford mengklaim telah memangkas dampak tarif hingga 1 miliar dolar AS dari total potensi beban 2,5 miliar dolar AS, lewat penyesuaian rantai pasokan dan strategi pengiriman produk.

Meski demikian, tekanan masih dirasakan oleh raksasa otomotif tersebut. Pendapatan Ford tercatat merosot lima persen menjadi 40,7 miliar dolar AS. 

Sementara laba bersihnya hanya menyentuh angka 471 juta dolar AS. Penurunan juga terjadi di sisi grosir, yang ambles tujuh persen akibat pelambatan produksi di beberapa fasilitas di Kentucky dan Michigan.

Namun, Ford menyatakan tetap optimis mempertahankan target pendapatan operasional antara 7-8,5 miliar dolar AS, meskipun angka tersebut belum memasukkan beban tarif impor yang belum sepenuhnya terealisasi.

Ford mulai mengirim model-model baru seperti Ford Expedition dan Lincoln Navigator pada Maret 2025. Namun demikian, divisi kendaraan berbahan bakar konvensional (Blue) serta unit bisnis besar (Pro) tetap mencatat penurunan laba. 

Satu-satunya kabar positif datang dari divisi kendaraan listrik yang mencatat perbaikan dengan pengurangan kerugian.

Sebagai langkah antisipatif, Ford juga mulai mengalihkan pengiriman dari Meksiko ke Kanada dan menghindari jalur perdagangan yang berisiko terkena tarif tambahan dari Amerika Serikat. 

Pemerintah AS sendiri telah memberi pelonggaran terbatas berupa tenggat dua tahun bagi produsen otomotif untuk memindahkan rantai pasok mereka dari wilayah yang dikenai tarif tinggi.rmol news logo article


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA