Risiko Eksternal Tetap Tinggi, Surplus Perdagangan RI Berpotensi Tergerus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 22 April 2025, 11:31 WIB
Risiko Eksternal Tetap Tinggi, Surplus Perdagangan RI Berpotensi  Tergerus
Ilustrasi/RMOL
rmol news logo Surplus neraca perdagangan Indonesia berpotensi menurun. 

Era surplus yang telah berlangsung selama 58 bulan sejak Mei 2020 hingga Februari 2025, terancam berakhir tahun ini apabila diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia tidak segera dilakukan.

Saat ini surplus neraca perdagangan Indonesia tetap tidak terpengaruh oleh tarif baru Presiden Donald Trump, yang akan berlaku setelah ditetapkan. 

Namun begitu, menurut  ekonom PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Novani Karina Saputri, risiko eskalasi ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian mengenai kebijakan tarif AS membuat risiko eksternal tetap tinggi.

"Selain itu, penurunan permintaan dari mitra dagang utama dan volatilitas harga komoditas dapat menekan kinerja ekspor, apabila diversifikasi pasar dan peningkatan daya saing ekspor Indonesia tidak segera dilakukan," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa 22 April 2025.

Pada Maret 2025, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan bulanan ke-59 secara berturut-turut, jauh melampaui ekspektasi pasar dengan nilai 4,33 miliar Dolar 

Pada Februari 2025, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan tercatat sebesar 3,12 miliar Dolar AS. Secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari hingga Maret 2025 mencapai 10,92 miliar Dolar AS.

Ekspor Indonesia tumbuh 3,16 persen (YoY) menjadi 23,25 miliar Dolar AS pada Maret 2025, melebihi ekspektasi penurunan 3,4 persen, meskipun melambat dari pertumbuhan 14,05 persen pada Februari. 

Kinerja yang kuat, didorong oleh ekspor non-minyak dan gas, menghasilkan surplus perdagangan sebesar 6 miliar Dolar AS.

"Pertumbuhan ekspor sebesar 3,16 persen (YoY) menegaskan ketahanan dan solidnya ekspansi neraca eksternal Indonesia di tengah turbulensi perdagangan global," ujar Novani.

Peningkatan terbesar berasal dari ekspor bijih logam, yang melesat 4.154,8 persen (MoM). "Hal itu mencerminkan permintaan yang kuat dari mitra utama dan kinerja industri hilir yang lebih baik," tambah Novani.

AS telah menjadi penyumbang surplus dagang terbesar Indonesia dalam satu dekade terakhir, dengan nilai surplus mencapai 4,32  miliar Dolar AS pada Kuartal I-2025. 

Surplus ini ditopang oleh ekspor kuat, terutama mesin listrik, alas kaki, dan pakaian jadi, di mana 63,4 persen ekspor pakaian Indonesia ditujukan ke AS.

"Data ini menegaskan peran strategis AS dalam menopang neraca dagang Indonesia," katanya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA