Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun sebesar 2,28 Dolar AS atau sekitar 3,7 persen, menjadi 60,07 Dolar AS per barel. Sementara harga minyak mentah Brent turun 2,15 Dolar AS atau sekitar 3,3 persen, menjadi 63,33 Dolar AS per barel.
Sehari sebelumnya, kedua jenis minyak ini sempat naik lebih dari 2 Dolar AS setelah Presiden AS, Donald Trump, membatalkan tarif tinggi terhadap puluhan mitra dagang. Keputusan ini diambil kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut mulai berlaku, sehingga dianggap sebagai langkah yang tiba-tiba.
Namun, di saat yang sama, Trump justru menaikkan tarif terhadap barang impor dari Tiongkok. Menurut Gedung Putih, tarif AS atas barang-barang dari Tiongkok kini mencapai 145 persen. Sebagai balasan, Tiongkok juga mengenakan tarif baru terhadap barang-barang dari AS sebesar 84 persen.
Akibat dari ketegangan ini, ekspor minyak mentah AS ke Tiongkok turun tajam. Menurut data dari pelacak kapal Kpler, ekspor minyak dari AS ke Tiongkok pada Maret hanya 112.000 barel per hari, turun dari 190.000 barel per hari tahun lalu.
“Kalau konflik dagang ini terus berlarut, ekonomi global bisa mengalami kerugian besar,” kata Henry Hoffman, manajer portofolio di Catalyst Energy Infrastructure Fund.
Badan Informasi Energi AS juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, dan memperingatkan bahwa tarif yang tinggi bisa menekan harga minyak. Lembaga itu juga memangkas perkiraan permintaan minyak untuk AS dan dunia, baik tahun ini maupun tahun depan.
“Ketakutan akan resesi di AS dan berkurangnya permintaan akibat tarif, akan menjadi perhatian utama para pedagang minyak dan bisa menahan kenaikan harga dalam waktu dekat,” kata firma konsultan Ritterbusch and Associates.
BERITA TERKAIT: