Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, menyatakan bahwa perang tarif ini bukan hanya berdampak pada kedua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut, tetapi juga mengancam kestabilan perdagangan global secara keseluruhan.
"Meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok menimbulkan risiko signifikan berupa kontraksi tajam dalam perdagangan bilateral. Proyeksi awal kami menunjukkan bahwa perdagangan barang antara kedua ekonomi ini dapat menurun hingga 80 persen," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP, Kamis 10 April 2025.
Ia juga memperingatkan bahwa konflik dagang tersebut akan menekan negara lain.
Peringatan WTO muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap produk China hingga 125 persen pada Rabu. Kebijakan ini merupakan respons terhadap keputusan Beijing yang menerapkan tarif sebesar 84 persen untuk produk asal AS.
Ngozi menyebut ketegangan dagang ini membawa risiko besar bagi perekonomian global. Pasalnya, AS dan China secara kolektif menyumbang sekitar tiga persen dari total perdagangan dunia.
Ketegangan di antara keduanya berpotensi menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi global secara signifikan.
Ia juga mengingatkan adanya ancaman perpecahan ekonomi dunia menjadi dua blok besar—satu berporos pada AS dan yang lain dipimpin oleh China.
Jika skenario ini terjadi, WTO memproyeksikan Produk Domestik Bruto (PDB) riil global dapat terpangkas hingga hampir tujuh persen dalam jangka panjang.
"Yang menjadi perhatian khusus adalah potensi fragmentasi perdagangan global di sepanjang garis geopolitik. Pembagian ekonomi global menjadi dua blok dapat menyebabkan penurunan jangka panjang dalam PDB riil global hingga hampir tujuh persen," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: