Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan ini terutama dipicu oleh faktor global yang masih penuh ketidakpastian, dengan Dolar AS yang terus menguat.
Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman menjelaskan, penguatan mata uang Dolar AS terjadi akibat kombinasi beberapa faktor eksternal.
“Kami melihat terutama memang karena faktor global, baik terkait kebijakan tarif Trump dan dampaknya ke negara lain, arah kebijakan the Fed yang berpotensi lebih
hawkish, dan gejolak geopolitik yang masih terus memanas. Hal ini membuat Dolar kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang lain dan yield UST (US Treasury) kembali meningkat,” papar Fitra dalam keterangannya, pada Selasa 25 Maret 2025.
Selain faktor global, tekanan terhadap Rupiah, lanjut Fitra, juga diperburuk oleh peningkatan kebutuhan valuta asing (valas) di dalam negeri.
“Memang juga ada kebutuhan valas dari korporasi dan untuk pembayaran atau repatriasi dividen menjelang libur Lebaran nanti,” tambah Fitra.
Menghadapi kondisi ini, BI memastikan tetap hadir di pasar dengan berbagai langkah stabilisasi untuk menjaga nilai tukar Rupiah.
“BI terus memantau dan berada di pasar dengan melakukan berbagai langkah stabilisasi, antara lain melalui
triple intervention (spot, DNDF, dan SBN) secara
bold dan terukur. Ini bertujuan memastikan stabilitas nilai tukar dan keseimbangan demand-supply valas sehingga dapat menjaga
market confidence,” tegasnya.
BERITA TERKAIT: