Pelaku pasar terkesan lebih menantikan sentimen lain dari Bank Sentral AS, The Fed menyangkut suku bunga untuk menentukan arah gerak pasar lebih jauh. Namun di tengah situasi yang cenderung stabil tersebut, kinerja mata uang Asia justru kembali tertekan dalam menjalani sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 18 Maret 2025.
Pantauan menunjukkan, seluruh mata uang Asia yang kompak menjejak zona merah meski cenderung dalam rentang moderat. Laporan juga menyebutkan, pelaku pasar yang sempat terarah perhatiannya pada pernyataan terkini Presiden AS Donald Trump menyangkut konflik di Timur-Tengah.
Dalam pernyataan terkininya, Trump menyebut bahwa Iran harus bertanggung jawab atas serangan Houthi di masa depan. Namun respon pelaku pasar terkesan tak terlalu signifikan. Kinerja melemah moderat mata uang Asia akhirnya bertahan hingga pertengahan sesi sore untuk kemudian sedikit mengikis pelemahan menjelang penutupan sesi.
Pelemahan tertajam mendera Rupiah yang merosot hingga kisaran 0,4 persen. Terkini, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp16.420 per Dolar AS atau melemah tipis 0,15 persen setelah sempat mencetak titik terlemahnya di kisaran Rp16.469 per Dolar AS. Tinjauan RMOL juga menunjukkan, Rupiah yang beberapa kali sempat mampu menjejak zona penguatan tipis namun terjadi secara sporadis dan dengan cepat beralih ke zona merah. Pola serupa juga terlihat pada mata uang Asia lainnya, seperti Rupee India.
Hingga ulasan ini disunting, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia bersama Rupiah masih betah di zona pelemahan. Selebihnya mata uang Asia mampu beralih ke zona hijau meski dalam rentang terbatas. Sentimen arahan dari keputusan The Fed menyangkut suku bunga, lagi lagi menjadi pusat perhatian pelaku pasar.
BERITA TERKAIT: