Founder Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai bahwa koreksi tajam IHSG tak lepas dari berbagai faktor domestik yang membayangi sentimen investor.
“Situasi pasar modal Indonesia sudah masuk lampu kuning," kata Bhima kepada
Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Selasa 18 Maret 2025.
Menurutnya, hal ini dipicu oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari tata kelola Danantara yang diragukan, daya beli masyarakat yang menurun terkonfirmasi dari penurunan impor barang konsumsi jelang Ramadhan sebesar 21,05 persen, hingga polemik revisi UU TNI yang menimbulkan ketidakpastian.
Lanjut Bhima, revisi UU TNI yang membuka peluang militer masuk ke jabatan sipil menimbulkan kekhawatiran di pasar. Risiko meningkatnya konflik kepentingan dan celah korupsi dikhawatirkan akan melemahkan daya saing ekonomi Indonesia.
Kebijakan proteksionisme yang diusung oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, juga turut memberikan tekanan terhadap pasar saham negara berkembang.
Namun, Bhima menegaskan bahwa faktor internal Indonesia memiliki pengaruh yang lebih besar dalam kejatuhan IHSG kali ini.
"Batalkan revisi UU TNI itu bisa redakan pasar sementara," tegasnya.
Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin pasar akan mengalami trading halt akibat aksi jual besar-besaran dari investor asing. Bhima memperingatkan bahwa capital outflow yang terus terjadi bisa menjadi sinyal awal menuju resesi ekonomi.
"Kalau resesi terjadi, PHK massal, konflik sosial bisa terjadi di berbagai daerah," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: