Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, harga tersebut merupakan level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 2,06 juta metrik ton pada Februari, menjadi angka tertinggi sejak Oktober 2024.
Peningkatan ekspor terjadi di tengah kebijakan pemerintah Indonesia menurunkan pajak ekspor. kebijakan ini membuat harga lebih kompetitif dibandingkan Malaysia.
Jumlah ekspor naik 45,1 persen dari dibandingkan dengan Februari tahun lalu. Namun, data ini tidak mencakup ekspor minyak inti sawit, oleokimia, dan biodiesel, yang biasanya dirilis oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Ekspor minyak sawit yang lebih tinggi dari Indonesia - produsen minyak tropis terbesar di dunia - dinilai akan membantu menurunkan stok dan mendukung harga minyak sawit yang saat ini sudah lebih tinggi dari harga minyak kedelai.
Pemerintah menetapkan harga referensi minyak sawit mentah (CPO) lebih rendah pada Februari dengan mengurangi pajak ekspor dari 178 Dolar AS (setara Rp2,9 juta) per ton menjadi 124 Dolar AS (sekitar Rp2 juta) per ton.
Kebijakan ini memperkuat daya saing ekspor Indonesia di pasar global dan menarik lebih banyak pembeli internasional.
Meskipun ekspor meningkat, stok minyak sawit Indonesia diperkirakan tidak akan mengalami lonjakan tajam. Hal ini disebabkan oleh kebijakan wajib pencampuran biodiesel sebesar 40 persen (B40). Kebijakan ini menyerap sebagian produksi dalam negeri.
BERITA TERKAIT: