Lonjakan saham produsen baja tentu tak terelakkan, namun sejumlah lonjakan yang terjadi gagal mengangkat Indeks lebih tajam. Situasi ini diakibatkan oleh sikap pelaku pasar yang bergeser dengan mencoba mengantisipasi rilis data inflasi terkini AS yang akan dilakukan sepanjang pekan ini. Laporan lain juga menyebutkan, sikap pelaku pasar yang juga menantikan pernyataan pimpinan The Fed, Powell di hadapan Kongres yang diagendakan Selasa malam nanti waktu Indonesia Barat dan Rabu besok.
Kinerja indeks Wall Street yang berada di rentang moderat akhirnya menjadi pilihan yang paling mungkin dan situasi ini kemudian menghadirkan sikap ragu di sesi perdagangan Asia hari ini, Selasa 11 Februari 2025. Namun secara keseluruhan, pelaku pasar di Asia masih mencoba bertahan dengan optimisme yang berhati-hati.
Tiadanya sentimen regional yang signifikan semakin mengukuhkan keraguan investor di Asia hingga membuat indeks terjebak di rentang terbatas. Pantauan lebih jauh juga memperlihatkan, sentimen dari rilis data keyakinan konsumen dan keyakinan bisnis di Australia yang jauh dari memadai untuk menghantarkan optimisme di kalangan pelaku pasar di negeri Kanguru itu. Gerak Indeks di rentang moderat juga terlihat konsisten di sepanjang sesi perdagangan hingga penutupan.
Indeks Nikkei (Jepang) menutup sesi dengan flat atau naik sangat tipis 0,04 persen di 38.801,17, kinerja flat juga terjadi pada Indeks ASX200 (Australia) yang ditutup naik sangat tipis 0,01 persen di 8.484,0 dan Indeks KOSPI (Korea Selatan) melonjak signifikan 0,71 persen di 2.539,05.
Sentimen dan pola serupa juga terjadi di bursa saham Indonesia, dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kesulitan mencetak gerak positif. Tekanan jual yang mendera IHSG terkesan sempat mereda dibanding tiga hari sesi perdagangan sebelumnya secara beruntun. IHSG terlihat masih sangat kesulitan untuk sekedar menjangkau zona positif.
Pelaku pasar di Jakarta terlihat mencoba mengantisipasi sentimen domestik dari rilis data indeks keyakinan konsumen yang diklaim sebesar 127,2 untuk periode Januari lalu atau tipis di bawah bulan sebelumnya yang sebesar 127,7. Namun usai rilis data tersebut, IHSG terkesan tak beranjak dari gerak di zona merah. Sementara sentimen domestik minor lainnya datang dari pentas politik nasional, di mana wacana reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo belum juga menemui kepastian.
Rangkaian minimnya sentimen yang tersedia tersebut kemudian memaksa sikap ragu investor bertahan. Menjelang sesi perdagangan sore, keraguan terkesan beralih ke pesimisme untuk menurunkan IHSG lebih tajam. IHSG bahkan terkesan konsisten menjejak zona penurunan tajam untuk kemudian menutup sesi dengan runtuh 1,75 persen di 6.531,99.
Pantauan dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, kinerja dua saham dalam kelompok konglomerasi Prajogo Pangestu yang kembali mencatat gerak merah lanjutan. Saham BREN tercatat menutup sesi dengan merosot curam 9,39 persen di Rp6.025, sedang saham CUAN kembali tersungkur tajam 19,0 persen di Rp7.350. Saham group Prajogo lain yaitu PTRO dan TPIA juga terpantau anjlok curam, meski tak separah CUAN. Pantauan RMOL memperlihatkan, kinerja merah saham-saham milik Prajogo Pangestu yang kini telah berlangsung dalam empat hari sesi perdagangan secara beruntun.
Sementara kinerja saham-saham unggulan terlihat kembali terhajar tekanan jual agresif. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan runtuh dalam rentang bervariasi dan cenderung tajam, seperti: BBCA, BMRI, BBNI, ADRO, TLKM, ISAT, JPFA, INDF dan ICBP.
Sedangkan empat saham unggulan, yaitu: BBRI, ASII, UNTR dan PGAS, terpantau mampu menutup sesi dengan positif.
BERITA TERKAIT: