Dikutip dari
Euro News, Sabtu 11 Januari 2025, berdasarkan data terbaru yang dirilis Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) Indeks Harga Konsumen (CPI) tahunan Inggris mencapai 2,6 persen pada November 2024, naik dari 2,3 persen pada Oktober. Angka ini jauh di atas target Bank of England (BoE) sebesar 2 persen, meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan inflasi.
Sebagai perbandingan, Prancis mencatat inflasi sebesar 1,3 persen, Jepang 2,9 persen atau naik dari 2,3 persen akibat pencabutan subsidi listrik dan gas, Jerman 2,2 persen, Italia 1,3 persen, Kanada 1,9 persen (turun dari 2,0 persen pada Oktober), dan AS mencatat inflasi sebesar 2,7 persen pada periode yang sama.
Tingkat inflasi yang tinggi di Inggris terutama dipicu oleh melonjaknya harga energi, yang diperburuk oleh konflik Rusia-Ukraina dan perang Israel-Hamas. Ketegangan geopolitik ini meningkatkan biaya energi grosir secara global.
Selain itu, pascapandemi Covid-19, permintaan energi melonjak seiring dengan pemulihan ekonomi dan meningkatnya aktivitas industri.
Musim dingin yang lebih dingin dari perkiraan pada tahun 2024 juga menyebabkan tingginya kebutuhan pemanas di Inggris.
Faktor lainnya adalah kenaikan biaya jaringan untuk distributor energi yang memicu beberapa penyedia energi meneruskan beban biaya ini kepada konsumen, sehingga tagihan energi rumah tangga ikut melonjak.
Dengan kondisi ini, Inggris menghadapi tantangan besar dalam menstabilkan inflasi di tengah tekanan global dan domestik yang mempengaruhi biaya hidup masyarakat.
BERITA TERKAIT: