Dengan cepat kabar tersebut disambar pelaku pasar. Indeks DJIA di sesi pre-market dilaporkan sempat melambung hingga nyaris 2 persen. Sementara di pasar uang, posisi Indeks Dolar AS kembali melonjak setelah sempat sedikit merosot. Sesi perdagangan pertengahan pekan ini di Asia, Rabu 6 November 2024, akhirnya diwarnai dengan gerak roller coaster akibat sentimen dari proses pemilihan Presiden AS.
Kemenangan Trump tentu akan menjadi kabar yang jauh dari bersahabat bagi Asia, terlebih bagi China yang merupakan perekonomian terbesar Asia. Serangkaian laporan sebelumnya menyebutkan, Trump yang bertekad mengenakan tarif masuk lebih besar terhadap produk asal China. Trump juga sempat menyampaikan niatan untuk menghukum sejumlah negara yang dinilai melakukan aksi dedolarisasi, sebagaimana akhir-akhir ini mencoba diprakarsai BRICS.
Situasi ini kian parah di tengah upaya keras pemerintahan Xi Jinping yang sedang bergulat mengatasi suramnya perekonomian China.
Tidak saja bagi Asia, kemenangan Trump juga akan berimbas pada Ukraina yang sedang sangat membutuhkan bantuan militer guna menghadapi Rusia yang justru semakin kuat dalam beberapa pekan terakhir.
Namun pelaku pasar di Asia terlihat masih cenderung optimis dalam menyambut pilpres tersebut. Hingga sesi perdagangan berakhir, Indeks Nikkei (Jepang) melompat curam 2,61 persen di 39.480,67, sementara indeks ASX200 (Australia) menanjak 0,83 persen setelah terhenti di 8.199,5 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) terkoreksi 0,52 persen di 2.5463,51.
Situasi muram terjadi di bursa saham Indonesia, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin terpangkas tajam menyambut peluang besar kemenangan Trump. IHSG kemudian menutup sesi dengan runtuh 1,44 persen di 7.383,86 alias gagal bertahan di atas level psikologis nya di kisaran 7.400.
Pantauan lebih rinci menunjukkan, kinerja sejumlah saham unggulan yang berbalik merah di sesi perdagangan sore ini, setelah sempat mencetak kenaikan di sesi pagi. Sejumlah besar saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan menutup di zona merah, seperti: BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, ADRO, TLKM, ASII, INDF, ISAT, ICBP serta UNVR.
Rupiah Semakin Merah
Pola serupa terlihat di pasar uang, dengan nilai tukar Rupiah semakin merosot setelah sempat berupaya mengikis pelemahan di sesi pagi. Gerak semakin melemah Rupiah kali ini dilatari oleh sentimen dari pasar uang global, di mana mata uang utama dunia dengan kompak kembali melanjutkan gerak turun.
Sentimen dari peluang besar Trump memenangi pilpres menjadi motor utama keruntuhan mata uang utama dunia. Keruntuhan tersebut kemudian menjalar pada mata uang Asia. Rupiah, oleh karenanya kembali semakin terseret di zona pelemahan.
Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp15.828 per Dolar AS atau merosot 0,63 persen. Sementara pelemahan terparah di Asia terjadi pada mata uang Baht Thailand yang ambruk hingga 1,6 persen serta Ringgit Malaysia yang runtuh 1,3 persen.
BERITA TERKAIT: